Assalaamu’alaikum….!
야….! Yaaa….! Ketemu lagi….!
Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai nomina terikat pada frase nominal dalam bahasa Ibrani. Pada bagian 3a sebelumnya, kita sudah mengenal vokal-vokal dalam bIB beserta karakteristiknya. Pada bagian 3b ini, kita akan ngebahas unsur penting lain yang perlu diketahui untuk mengupas nomina bentuk terikat bIB, yaitu tekanan (stress) dan silabel. Selain itu, karena objek yang dibahas dalam masalah ini adalah nomina, bagian 3b ini akan menjelaskan nomina dalam bIB dan dasar-dasarnya.
Kalo gitu, langsung aja, deh..! 공부하자….!!!
NOMINA BENTUK TERIKAT PADA FRASE NOMINAL
DALAM BEBERAPA AYAT GENESIS BERBAHASA IBRANI
(bagian IIIb)
3.4 Silabel dalam Bahasa Ibrani
A. Silabel
Menurut S.C. Dick (1994: 138), silabel adalah “satuan bunyi yang terdiri atas satu vokal disusul oleh satu atau lebih banyak konsonan”. Struktur silabel terdiri atas tiga bagian: puncak, onset (bagian awal silabel), dan koda (“bagian terakhir dari suku kata yang terjadi antara puncak dan awal dari suku kata yang mengikutinya” (Kridalaksana, 2001: 113)). Berdasarkan definisi di atas, puncak atau inti silabel umumnya adalah vokal. Kelompok bunyi konsonan tidak dapat menjadi inti silabel, sedangkan kelompok vokal dapat menjadi inti silabel.
Silabel yang tidak mempunyai koda disebut silabel terbuka (sb). Adapun silabel yang mempunyai koda disebut silabel tertutup (st). Vokal dalam sb cenderung panjang dan bertekanan, sedangkan st yang bertipe KVK lebih banyak bervokal pendek (Dick, 1994: 138-139). Sebuah silabel dapat memiliki unsur-unsur tambahan berupa tekanan, panjang, nada, dan unsur fonetik di awal atau akhir silabel. Silabel bertekanan umumnya lebih panjang ketimbang silabel yang tak bertekanan (Clark, 1995: 34).
B. Silabel dalam Bahasa Ibrani
Silabel dalam bIB sekurangnya terdiri atas satu konsonan yang diikuti vokal. Dengan demikian, silabel dalam bIB tidak ada yang berbentuk KK atau VV. Silabel dalam bIB selalu dimulai dengan konsonan dan pada dasarnya tidak ada silabel dalam bIB yang dimulai dengan vokal. Akan tetapi, terdapat pengecualian pada silabel yang dimulai dengan vokal, yaitu ketika sebuah kata berawalan dengan huruf bilabial atau huruf dengan šewa (ְ) didahului oleh partikel וְ /we/ ‘dan’. Partikel וְ /we/ yang mendahului huruf-huruf tersebut akan berubah menjadi vokal וּ /û/. Oleh karena itu, silabel tersebut dimulai dengan vokal.
Contoh: (60) /ûmělěkh/ וּמֶלֶךְ ‘dan raja’
Silabel yang dimulai dengan konsonan terbagi menjadi dua, yaitu sb dan st. Adapun st dibagi antara st dengan satu konsonan dan st dengan dua konsonan atau rangkap (str); serta silabel tajam (stm), yaitu st yang berakhir dengan konsonan geminasi.
Contoh: (61) /lēvāv/ לֵבָב ‘jantung, hati’
(62) /qāṭǎlt/ קָטַלְתְּ ‘kamu (f) (telah) membunuh’
(63) /pǎllāx/ פַּלָּח ‘petani’
Pada contoh (61), silabel pertama לֵ /lē/ adalah sb karena diakhiri dengan vokal. Sementara itu, silabel kedua בָב /vāv/ adalah st yang diakhiri dengan satu konsonan. Pada contoh (62), silabel kedua טַלְתְּ /ṭǎlt/ adalah str yang diakhiri dengan dua konsonan. Contoh (63) pǎllāx dengan geminasi pada radikal kedua (ל /l/). Bentuk silabel dalam kata itu adalah pǎl-lāx, maka silabel pertama disebut stm.
Sb bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata. Sb umumnya selalu bervokal panjang baik dengan atau tanpa tekanan. Selain itu, vokal panjang sering terdapat pada sb sebelum silabel bertekanan. Sb dapat bervokal pendek ketika:
- Pada kata disilabel yang berasal dari monosilabel
Contoh: (64) bayt → /bǎyǐth/ בַּיִת ‘rumah’
- Pada sufiks verba orang pertama tunggal (ַנִי /-ǎnî/) dan sufiks dual (ַיִם /ǎyǐm)
- Pada kata dengan kombinasi vokal: ֲ ַ /ǎ a/; ֱ ֶ /ě e/; dan ָ ֳ /ǒ o/.
Contoh: (65) /nǎ’arô/ נַעֲרוֹ ‘putranya(m)’
St yang tak bertekanan umumnya bervokal pendek baik di awal atau di akhir kata. Adapun st yang bertekanan dapat bervokal panjang (hanya ā,ē, dan ō) atau pendek (hanya ǎ dan ě). Pada st yang jauh dari tekanan, vokal ǎ dapat melemah menjadi ǐ.
Str hanya terdapat di akhir kata yang umumnya dengan vokal pendek. Terkadang terdapat juga str dengan vokal panjang Xōlěm atau Çērê. Sementara itu, stm umumnya selalu bervokal pendek.
3.5 Tekanan pada Kata dalam Bahasa Ibrani
A. Tekanan
Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat mempunyai unsur tekanan pada salah satu silabelnya. Tekanan dalam kata dapat diketahui dari bertambah panjangnya vokal; meningkatnya tinggi nada; dan mengerasnya bunyi (Hogg, 1987: 1).
Sebuah kata dapat mempunyai dua tekanan. Pada silabel sebuah kata, tekanan yang paling ditekan disebut tekanan primer, sedangkan yang lebih lemah di bawahnya adalah tekanan sekunder. Dalam silabel yang tidak bertekanan atau lemah tekanannya, vokal-vokal mempunyai kecendrungan untuk menjadi lebih singkat atau dikurangi sampai menjadi bunyi [ә] (šewa), atau malah lenyap sama sekali (Dick, 1994: 141). Dalam berbagai bahasa, silabel yang bertekanan cenderung dilafalkan secara lebih bertenaga dan lebih panjang daripada silabel di sebelahnya yang tidak bertekanan.
Perubahan tekanan dapat berupa siklus pada tataran kata, afiksasi, frase, dan seterusnya pada tingkat yang lebih besar. (Hogg, 1987: 28). Tekanan yang terletak di bagian (silabel) akhir kata disebut tekanan ultima, sedangkan yang terletak pada kedua dari akhir disebut tekanan penultima.
B. Tekanan pada Kata dalam Bahasa Ibrani
Kata dalam bIB umumnya bertekanan pada silabel terakhir (ultima). Namun, sebuah kata dapat pula bertekanan pada silabel kedua dari akhir (penultima). Tekanan ultima dalam bIB disebut milra’, sedangkan tekanan penultima disebut mil’êl.
Tekanan dalam bIB dan transliterasi saya tandai dengan simbol angka 1 untuk yang bertekanan atau tekanan utama (primer), 0 atau kosong untuk yang tak bertekanan, dan 2 untuk tekanan sekunder. Saya gunakan simbol tekanan tersebut dengan mengikuti buku Metrical Phonology oleh Hogg.
Tekanan ultima terdapat hampir di semua kata bIB. Adapun tekanan penultima umumnya terdapat pada nomina segholate.
0 1 1
Contoh: (66) /pārāš/ פָּרָשׁ ‘kuda’
1 0 1
(67) /?ěrěç/ אֶרֶץ ‘bumi’
Contoh (66) adalah kata dengan tekanan ultima dan contoh (67) adalah kata dengan tekanan penultima.
Tekanan dapat hilang, melemah, atau bergeser ke depan ketika terjadi perubahan akibat infleksi nomina karena sufiksasi atau hubungan keterikatan dalam FN genitif.
0 1 1 0 0 1 1 0 0
Contoh: (68) /dāvār/ (tgl) דָּבָר → /devārîm/ (jmk) דְּבָרִים
Contoh (68) menunjukkan bahwa tekanan bergeser ke depan karena adanya penambahan sufiks jamak maskulin ִים /îm/.
3.6 Nomina
Nomina dalam bIB disebut šēm. Seperti dalam bA, nomina bIB dibagi dalam dua jenis (maskulin dan feminin) serta tiga jumlah (tunggal, dual, dan jamak).
3.6.1 Jenis dan Jumlah
A. Jenis
Tidak ada tanda khusus pada nomina maskulin tunggal. Tanda sufiks hanya diberikan pada nomina feminin. Menurut Harrison (1989, 53-54), nomina maskulin diklasifikasikan dengan:
- Nama diri dan nama yang menunjukkan jenis jantan, serta jabatan
Contoh: (69) /dāwǐdh/ דָּוִד ‘Daud’
(70) /ṣûṣ/ סוּס ‘kuda jantan’
(71) /sōfēṭ/ שֹׁפֵט ‘hakim’
- Nama kerajaan dan bangsa
Contoh: (72) /?ǎššûr/ אַשּׁוּר ‘bangsa Asiria’
- Nama benda alam seperti nama gunung, sungai, logam, dan nama-nama bulan
Contoh: (73) /kěṣěf/ כֶּסֶף ‘perak’
Nomina feminin ditandai dengan sufiks ָה /āh/, ַת /ǎth/, ֶת /ěth/, atau ָת /āth/. Nomina feminin diklasifikasikan menjadi:
- Nama diri dan nama yang menunjukkan jenis perempuan
Contoh: (74) /?ēm/ אֵם ‘ibu’
- Nama-nama elemen
Contoh: (75) /ēš/ אֵשׁ ‘api’
- Nama negara
Contoh: (76) /pārāš/ פָּרָשׁ ‘persia’
- Anggota tubuh yang jumlahnya sepasang
Contoh: (77) /yādh/ יָד ‘tangan’
- Benda abstrak
Contoh: (78) /ṭōvāh/ טֹבָה ‘kebaikan’
- Nama instrument dan peralatan
Contoh: (79) /xěrěv/ חֶרֶב ‘pedang’
- Jumlah
Nomina jamak maskulin ditandai dengan penambahan sufiks ִים /îm/ pada nomina maskulin tunggal. Adapun nomina jamak feminine ditandai dengan penambahan sufiks וֹת /ôth/. Beberapa nomina maskulin ada yang menggunakan sufiks jamak feminin ketika dalam bentuk jamak. Sebaliknya, beberapa nomina feminin ada yang menggunakan sufiks jamak maskulin.
Contoh: (80) /?āv/ ‘bapak’ m.tgl. אָב → /?āvôth/ m.jmk. אָבוֹת
(81) /?êmāh/ ‘teror’ f.tgl אֵימָה → /?êmîm/ f.jmk. אֵימִים
Nomina dual dibentuk dengan menambahkan sufiks ַיִם /ǎyǐm/ pada nomina maskulin dan feminin tunggal. Bentuk dual hanya digunakan untuk:
- Bagian tubuh yang jumlahnya sepasang
- Benda yang jumlahnya sepasang
Contoh: (82) /nǎ’alǎyǐm/ נַעֲלַיִם ‘sepasang sandal’
- Bilangan yang jumlah kuantitasnya dua
Contoh: (83) /yômǎyǐm/ יוֹמַיִם ‘dua hari’
3.6.2 Nomina Dasar
Nomina dasar (nd) merupakan bentuk dan pola nomina sebelum menjadi bentuk nb (normal). Pola nd merupakan bagian penting dari sebuah nomina sebagai acuan infleksi nomina. Pola nd juga merupakan bentuk yang biasa dijadikan pembanding dengan nomina dari bahasa Semit yang lain.
Untuk menggambarkan pola nd, digunakan tiga radikal קטל (QṬL) sebagai akar kata (dalam bA biasa digunakan فعل /F’L/). Dalam tulisan ini, saya hanya akan menguraikan nd dari akar kata trilateral saja tanpa perluasan dan modifikasi akar kata.
- Nd dengan satu vokal pendek
Nd ini terdiri atas nomina monosilabel dengan pola KVKK (nd ini disebut juga nomina segholate), dan KKVK yang mendapat vokal bantu (umumnya ֶ /ě/ ṣeghôl) sehingga merubahnya menjadi disilabel. Pola nd yang utama adalah:
- Pola dasar qǎṭl berkembang menjadi bentuk nb berpola קֶטֶל /qěṭěl/
- Pola dasar qǐṭl berkembang menjadi nb berpola קֵטֶל /qēṭěl/ atau קֶטֶל /qěṭěl/
- Pola dasar qǔṭl dan qǒṭl berkembang menjadi nb berpola קֹטֶל /qōṭěl/
- Pola dasar qeṭǎl dengan bentuk nb yang sama
- Pola dasar qeṭǐl yang menjadi nb berpola קְטֵל /qeṭēl/
- pola dasar qeṭǔl yang menjadi nb berpola קְטֹל /qeṭōl/
II. Nd dengan vokal pendek pada kedua silabelnya
- Pola dasar maskulin qǎṭǎl menjadi nb berpola קָטָל /qāṭāl/, dan pola feminin qǎṭǎlǎt menjadi קְטָלָה /qeṭālāh/
- Pola dasar maskulin qǎṭǐl menjadi nb berpola קָטֵל /qāṭēl/. Pola feminin qǎṭǐlǎt menjadi קְטֵלָה /qeṭēlāh/
- Pola dasar qǎṭǔl menjadi nb berpola קָטֹל /qāṭōl/
- Pola dasar qǐṭǎl menjadi nb berpola קֵטָל /qēṭāl/
III. Nd dengan vokal pendek pada silabel pertama dan panjang pada silabel kedua
- Pola dasar qǎṭâl menjadi nb berpola קָטוֹל /qāṭôl/
- Pola dasar qǎṭîl menjadi nb berpola קָטִיל /qāṭîl/
- Pola dasar qǎṭûl menjadi nb berpola קָטוּל /qāṭûl/
- Pola dasar qǐṭâl dan qǔṭâl menjadi nb berpola קְטוֹל /qeṭôl/
- Pola dasar qǐṭîl menjadi nb berpola קְטִיל /qeṭîl/
- Pola dasar qǐṭûl dan qǔṭûl menjadi nb berpola קְטוּל /qeṭûl/
IV. Nd dengan vokal panjang pada silabel pertama dan pendek pada silabel kedua
- Pola dasar qâṭǎl menjadi nb berpola קוֹטָל /qôṭāl/
- Pola dasar qâṭǐl menjadi nb berpola קוֹטֵל /qôṭēl/
- Pola dasar qûṭǎl menjadi nb berpola קוּטָל /qûṭāl/ atau קוּטַל /qûṭǎl/.
3.7 Ṣemîkhûth
Frase nominal dalam bIB disebut dengan ṣemîkhûth. Ṣemîkhûth yang berarti keterikatan atau kedekatan merupakan sebuah konstruksi frase dengan nomina induk yang bersandar atau terikat pada nomina pewatas di depannya. Karena hubungan keterikatan tersebut, nomina induk akan berbentuk nt.
Nomina induk yang berbentuk terikat dalam konstruksi frase tidak pernah berartikel. Sementara itu, nomina pewatas dapat berbentuk definit dengan artikel atau sufiks pronominal; atau berbentuk indefinit tanpa artikel.
Apabila terdapat dua buah nomina induk dengan sebuah nomina pewatas yang sama, maka nomina induk yang kedua harus menggunakan sufiks pronominal yang mengacu pada nomina pewatas tanpa harus mengulang pewatasnya.
Contoh:
(84) /benê dhāwǐdh û venôthāw/ בְּנֵי דָוִד וּבְנוֹתָיו
putra(nt.jmk) Daud dan putri(nt.jmk)-nya(m)
‘para putra dan putri Daud’
Apabila terdapat sebuah nomina induk dengan dua buah pewatas, maka nomina induk tersebut dapat diulang pada masing-masing pewatasnya.
Contoh:
(85) /?εlōhê hǎššāmǎyǐm wē ?lōhê hā?ārěç/ אֱלֹהֵי הַשָּׁמַיִם וֵאלֹהֵי הָאָרֶץ
Tuhan(nt) (def.)-langit danTuhan(nt) (def.)-bumi
‘Tuhan langit dan bumi’
Nomina pewatas dalam ṣemîkhûth dapat berbentuk terikat dan berangkai.
Contoh:
(86) /yemê šenê xǎyyê avôthǎy/ יְמֵי שְׁנֵי חַיֵּי אֲבוֹתַי
Hari(nt.jmk) tahun(nt.jmk) kehidupan(nt.jmk) bapak(nt.jmk)-ku
‘hari-hari dari tahun-tahun kehidupan bapak-bapakku (nenek moyangku)’
Sebuah ajektiva yang menerangkan nomina induk dalam frase dituliskan dengan artikel setelah konstruksi frase (dapat dilihat pada contoh 11 artikel bagian II). Dalam pemakaian sehari-hari, konstruksi frase dengan nomina induk berbentuk terikat jarang sekali digunakan. Sebagai gantinya, frase lebih banyak dibentuk dengan menggunakan partikel genitif שֶׁל /šěl/ atau preposisi dibanding menggunakan nt (dapat dilihat pada contoh 32-35 artikel bagian II).
3.8 Sufiks Nomina Bentuk Terikat
Dalam bA, konsonan ن /n/ pada sufiks dual dan jamak maskulin mengalami pelesapan ketika dalam konstruksi iḍafah atau dengan penambahan sufiks pronomina. Begitu juga dalam bIB, konsonan ם /m/ pada sufiks dual ַיִם /ǎyǐm/ dan jamak maskulin יִם /îm/ mengalami pelesapan dalam bentuk terikat. Sufiks nt dual dan jamak maskulin adalah ֵי /ê/. Sufiks ֵי /ê/ berasal dari sufiks dual ַי /ǎy/ yang dikontraksikan setelah pelesapan konsonan ם /m/.
Sufiks bentuk bebas feminin ָה /āh/ menjadi ַת /ǎth/ dalam bentuk terikat. Adapun bentuk jamaknya adalah וֹת /ôth/, ֶת /ěth/, atau ַת /ǎth/ sama seperti bentuk bebasnya. Menurut saya, sufiks ة /h(t)/ pada bA, yang dapat berbentuk /t/ ketika dibunyikan atau /a(h)/ ketika tidak dibunyikan, diwakili dengan konsonan ה /h/ dan ת /th/ dalam bIB.
Nomina bebas yang berakhiran dengan ֶה /ěh/ berubah menjadi ֵה /ēh/ dalam bentuk terikat.
Kiranya cukup demikian bahasan yang dapat saya sampaikan.
Jika terjadi kesalahan atau kekurangan, tolong dima’afkan. Jangan ragu untuk memperbaiki atau memberi masukan.
Setelah bagian 3b ini, kita akan masuk ke bagian utama, yaitu analisa nomina bentuk terikat yang datanya diambil dari nomina-nomina yang ada dalam Genesis.
So…. Sampai jumpa pada bagian selanjutnya…….!
Assala:mu’alaikum…..!!!
BERSAMBUNG…….
다음 장을 읽으십시오
Tidak ada komentar:
Posting Komentar