Jumat, 24 Juni 2011

Ta'aaruf dengan Fi'l


Assala:mu’alaikum…..!

Ada tamu, nih! Namanya فِعل fi’l yang bisa juga dipanggil verba atau kata kerja. Rekan-rekan tentu sudah mengenalnya. Bagi kalian yang belum kenal, tak salah jika kita ta’aruf-an  dengan si fi’l. Sebelumnya, saya sudah sekilas mengenalkan tentangnya dalam tulisan terdahulu –kalau tak salah, postingan yang berjudul “Sekelumit Gambaran Mengenai Root dalam Al-‘arabiyya”— bahwa si fi’l dari Al-‘Arabiyyah ini dapat terdiri atas tiga huruf (triliteral) atau empat huruf (quadriliteral) akar kata.

Kita sudah mengetahui bahwa verba atau fi’l merupakan salah satu unsur penting dalam gramatika suatu bahasa. Dalam bahasa Arab, si fi’l ini dibagi dalam beberapa macam klasifikasi.

A. Berdasarkan jumlah huruf pada akar kata, fi’l terbagi atas:

1. مجرّد mujarrad yang berarti ‘telanjang; murni; atau pokok’. Mujarrad maksudnya adalah fi’l yang merupakan akar kata dasar. Akar kata dasar dapat terdiri atas tiga huruf (ثلاثي θula:θi:/ triliteral) atau empat huruf (رباعي ruba:’i:/ quadriliteral).
Misal: دخل DaXaLa ‘masuk’                           سمع SaMia ‘mendengar
            علم aLiMa ‘mengetahui’                   زلزل ZaLZaLa ‘mengguncangkan’
          غفر ƔaFaRa ‘mengampuni’                دحرج DaRaJa ‘menggulingkan’

2. مزيد mazi:d yang berarti ‘kelebihan; tambahan’. Dalam hal ini, fi’l mazid adalah fi’l yang akar kata dasarnya mendapat huruf tambahan. Huruf tambahan pada akar kata dapat berjumlah satu, dua, atau tiga buah. Dengan tambahan huruf pada akar kata, fi’l akan menghasilkan kata kerja turunan yang terdiri atas berbagai pola.
Misal: أدخل ɁaDXaLa ‘memasukkan’         استمع iStaMaa ‘mendengarkan’
     علّم aLLaMa ‘mengajarkan’        تزلزل taZaLZaLa ‘menggempakan’       
   استغفر istaƔFaRa ‘meminta ampun’    تدحرج taDaRaJa ‘menggulingkan’

Kata-kata pada contoh di atas merupakan kata pada contoh mujarad sebelumnya. Namun, akar kata pada kata-kata tersebut mendapat tambahan huruf baik di depan, belakang, atau disisipkan di tengah. Huruf-huruf tambahan itu berupa ا  alif, ت ta:’, س si:n, atau penggandaan huruf kedua dari akar kata seperti yang dapat dilihat pada kata علّم aLLaMa.

B. Berdasarkan keberadaan huruf ‘illat pada akar kata, fi’l terbagi atas:

1. معتلّ mu’tall adalah fi’l yang akar katanya mengandung huruf ‘illat (علّة ‘illatun). Huruf ‘illat yang berarti ‘sakit; lemah; atau cacat’ ada tiga, yaitu alif ا, waw و, dan ya’ ي. Ketiga huruf tersebut dianggap lemah karena merupakan huruf semivokal yang dapat membuat perubahan derivasi atau infleksi kata kerja menjadi tidak beraturan. Fi’l ini dibagi atas empat macam:

a. مثال miθa:l, yaitu fi’l yang radikal pertama akar katanya berupa huruf ‘illat.
Misal: وصل waala ‘tiba’                    وعد wa’ada ‘berjanji’

b. أجوف Ɂajwaf, yaitu fi’l yang radikal kedua akar katanya berupa huruf ‘illat.
Misal: باع ba:’a ‘menjual’       dari akar kata بيع baya’a
            عاد ‘a:da ‘kembali’       dari akar kata عود 'awada

c. ناقص na:qi, yaitu fi’l yang radikal ketiga akar katanya berupa huruf ‘illat.
Misal: تلا tala: ‘membaca’          dari akar kata تلو talawa
             رمى rama: ‘melempar’  dari akar kata رمى ramaya
             نسى nasiya ‘lupa’

d. لفيف lafi:f, yaitu fi’l yang pada akar katanya terdapat dua huruf ‘illat. Jika huruf ‘illat itu berurutan pada radikal kedua dan ketiga, fi’l ini disebut مقرون لفيف lafi:f maqru:n. Sementara jika huruf ‘illat pada akar kata terletak terpisah pada radikal pertama dan ketiga, maka ia disebut مفروق لفيف lafi:f mafru:q.
Misal: قَوِىَ qawiya ‘kuat’             خَوَى xawa: 'kosong'    dari akar kata خوي xawiya
           وَلِىَ waliya ‘dekat’              وَقَى waqa: ‘menjaga’  dari akar kata وقى waqaya

2. صحيح ai: berarti ‘baik; sehat; kuat’. Shahih adalah fi’l yang pada akar katanya tidak terdapat satu pun huruf ‘illat (ا , و , atau ي). Fi’l shahih sendiri dibagi atas tiga macam:

a. سالم sa:lim, yaitu fi’l yang akar katanya tidak terdapat huruf hamzah ء atau huruf yang digandakan (geminasi).
Misal: رجع raja’a ‘kembali’                    رسم rasama ‘menggambar’

b. مهموز mahmu:z, yaitu fi’l yang huruf akar katanya terdapat hamzah ء , baik sebagai radikal pertama, kedua, atau ketiga.
Misal: أكل Ɂakala ‘makan’                      سأل saɁala ‘bertanya; meminta’
            قرأ qaraɁa ‘membaca’

c. مضعّف mua’’af, yaitu fi’l yang pada akar katanya terdapat geminasi (dua huruf yang sama secara berurutan). Huruf ganda itu terletak pada radikal kedua dan ketiga.
Misal: سرّ sarra ‘membahagiakan’   dari akar kata سرر sarara
             دلّ dalla ‘menunjukkan’         dari akar kata دلل dalala

C. Berdasarkan kala (tense) atau waktu terjadinya perbuatan, fi’l dibagi atas:

1. الماضى فعل fi’l al-ma:i:, yaitu fi’l yang menunjukkan perbuatan terjadi di masa lampau atau sebelum waktu pengucapan.
2. المضارع فعل fi’l al-mua:ri’, yaitu fi’l yang menunjukkan perbuatan sedang terjadi atau akan berlangsung di waktu yang akan datang.
3. الأمر فعل fi’l al-Ɂamr, yaitu fi’l yang menunjukkan perintah (imperatif) kepada seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Berikut ini dapat kita lihat contoh fi’l dari kata فعل fa’ala ‘ (dia-lk) melakukan’ disertai afiks pronominanya (ضمير ami:r).
الأمر فعل
fi’l al-Ɂamr
المضارع فعل
fi’l al-mua:ri’
الماضى فعل
fi’l al-ma:i:
ضمائر
ama:Ɂir


يَفعلُ yaf’alu
فعل fa’ala
هو huwa
3m.sg

تَفعلُ taf’alu
فعلتْ fa’alat
هي hiya
3f.sg
افعلْ if’al
تَفعلُ taf’alu
فعلتَ fa’alta
أنتَ Ɂanta
2m.sg
افعلِي if’ali:
تَفعلِينَ taf’ali:na
فعلتِ fa’alti
أنتِ Ɂanti
2f.sg

أفعلُ Ɂaf’alu
فعلتُ fa’altu
أنا Ɂana
1sg

يَفعلُونَ yaf’alu:na
فعلوا fa’alu:
هم hum
3m.pl.

يَفعلْنَ yaf’alna
فعلنَ fa’alna
هنّ hunna
3f.pl.
افعلُوا if’alu:
تَفعلُونَ taf’alu:na
فعلتُم fa’altum
أنتم Ɂantum
2m.pl.
افعلْنَ if’alna
تَفعلْنَ taf’alna
فعلتُنَّ fa’altunna
أنتنَّ Ɂantunna
2f.pl.

نَفعلُ naf’alu
فعلنَا fa’alna:
نحن nanu
1pl.

يَفعلَانِ yaf’ala:ni
فعلا fa’ala:
هما huma:
3m.dual

تَفعلَانِ taf’ala:ni
فعلتا fa’alata:
هما huma:
3f. dual
افعلَا if’ala:
تَفعلَانِ taf’ala:ni
فعلتُمَا fa’altuma:
أنتما Ɂantuma:
2m/f.dual

D. Berdasarkan keberadaan obyek kalimat, fi’l terbagi atas:

1. المتعدّى فعل fi’l al-muta’addi: (verba transitif), yaitu fi’l yang memiliki atau mendampingi obyek langsung ( به مفعول maf’u:l bih). Misal:
   يومٕ كلَّ اللبنَ الطفلُ شرب    šariba -iflu l-labana kulla yaumin
                                              minum-3msg (itu)-anak (itu)-susu setiap hari
                                                “anak itu minum susu setiap hari”

   رفيقِها مكتوبَ الفتَاةُ أحرقتْ   Ɂaraqati l-fata:tu maktu:ba rafi:qiha:
                                          membakar-3fsg (itu)-gadis surat pacar-nya(3fsg)
                                               “gadis itu membakar surat pacarnya”

Kedua contoh kalimat di atas memiliki به مفعول maf’u:l bih (obyek langsung), yaitu اللبنَ al-labana dan رفيقِها مكتوبَ maktu:ba rafi:qiha: yang keduanya menjadi tujuan dari fi’l.

2. اللازم فعل fi’l al-la:zim (verba intransitif), yaitu fi’l yang tidak membutuhkan atau mengharuskan adanya به مفعول maf’u:l bih (obyek langsung). Contoh:
   يومٍ كلَّ الطفلُ بكى   baka: -iflu kulla yaumin
                                Menangis-3msg (itu)-anak setiap hari
                                 “anak itu menangis setiap hari”

  رفيقِها أمامَ المكتوبُ احترق    iḥtaraqa l-maktu:bu Ɂama:ma rafi:qiha:
                                             terbakar-3msg (itu)-surat di depan pacar-nya(3fsg)
                                                “surat itu terbakar di depan pacarnya”
Pada dua contoh kalimat di atas, tidak terdapat به مفعول maf’u:l bih (obyek langsung).

E. Berdasarkan keberadaan فاعل fa:’il (pelaku/subyek) dalam kalimat, fi’l terdiri atas:

1. معلوم ma’lu:m yang berarti ‘diketahui’ (verba aktif), yaitu bentuk fi’l yang menunjukkan subyek kalimat sebagai pelaku aktif suatu perbuatan. Keberadaan fa’il (pelaku) dapat diketahui atau tertera dalam kalimat. Contoh:
   الصباحِ في البابَ الولدُ فتح   fataa l-waladu l-ba:ba fi -aba:i
                                      membuka-3msg (itu)-anak laki-laki (itu)-pintu dalam (itu)-pagi
                                         “anak laki-laki itu membuka pintu di pagi hari”

   جميلٍ بِمدحٍ الهاربَ القائدُ يَستَقبِلُ    yastaqbilu l-qa:Ɂidu l-ha:riba bimadain jami:lin
                          3msg-menyambut (itu)-pemimpin (itu)-pelarian dengan-pujian indah
                                       “pemimpin itu menyambut pelarian dengan pujian yang indah”

Fa’il dari kedua kalimat di atas adalah الولدُ al-waladu dan القائدُ al-qa:Ɂidu yang berada dalam kasus nominatif (bervokal akhir ضمّة ḍamma ُ u). Adapun maf’ul bih (obyek-)nya adalah البابَ al-ba:ba dan الهاربَ l-ha:riba yang berada dalam kasus akusatif (bervokal akhir فتحة fatḥa (َ a)). Kedua kalimat di atas juga biasa disebut kalimat aktif.

2. مجهول majhu:l yang berarti ‘tidak diketahui’ (verba pasif), yaitu bentuk fi’l yang menunjukkan subyek kalimat sebagai tujuan dari suatu perbuatan. Keberadaan fa’il (pelaku) tidak diketahui atau tidak tertera dalam kalimat. Oleh karena ketiadaan fa’il (pelaku), maka maf’ul bih (obyek) menggantikan posisinya sebagai subyek dalam kalimat. Tugas maf’ul bih yang menggantikan posisi fa’il membuatnya disebut sebagai الفاعل نائب naɁib al-fa:’il yang berarti ‘wakil fa’il (pelaku)’. Hal itu membuat maf’ul bih –umumnya berkasus akusatif jika ada dalam kalimat aktif— mengalami kasus nominatif (bervokal akhir ضمّة ḍamma ُ u) seperti halnya sebuah subyek dalam kalimat.

Verba pasif dapat dikenali dari cirinya, yaitu diawali dengan vokal ضمّة ḍamma (ُ u) lalu vokal كسرة kasra (ِ i) pada radikal kedua dalam bentuk الماضى فعل fi’l al-ma:i:. Adapun dalam bentuk المضارع فعل fi’l al-mua:ri’ diawali dengan vokal ضمّة ḍamma (ُ u) lalu vokal فتحة fatḥa (َ a) pada radikal kedua. Misal:
   الصباحِ في البابُ فُتِحَ    futia l-ba:bu fi -aba:i
                                     dibuka-3msg (itu)-pintu dalam (itu)-pagi
                                        “pintu itu dibuka di pagi hari”

   جميلٍ بِمدحٍ الهاربُ يُستَقبَلُ    yustaqbalu l-ha:ribu bimadain jami:lin
                                          3msg-disambut (itu)-pelarian dengan-pujian indah
                                           “pelarian itu disambut dengan pujian yang indah”

Pada dua kalimat di atas, البابُ al-ba:bu dan الهاربُ al-ha:ribu adalah الفاعل نائب naɁib al-fa:’il yang sebenarnya adalah obyek langsung, namun ia memosisikan dirinya sebagai subyek dengan kasus nominatifnya (bervokal akhir ضمّة ḍamma ُ u) dalam kalimat karena ketiadaan fa’il (pelaku). Semua itu juga dikarenakan fi’l yang digunakan adalah مجهول فعل fi’l majhu:l yang menandakan bentuk pasif sehingga kalimat yang menggunakan fi’l ini biasa disebut kalimat pasif.

Kiranya sekian saja apa yang dapat saya sampaikan. Jika terdapat kekurangan atau kesalahan, mohon dima’afkan dan jangan sungkan untuk memerbaiki dan memberi masukkan.
شكرا
감사합니다
Assala:mu’alaikum…..!!