Senin, 27 September 2010

Nomina Bentuk Terikat dalam Bahasa Ibrani (BAGIAN IIIa)


Assalaamu’alaikum….!
 야….!  Yaaa….!   Ketemu lagi kita….!
Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai nomina terikat pada frase nominal dalam bahasa Ibrani. Pada tulisan sebelumnya, kita sudah melihat gambaran singkat nomina bentuk terikat (construct noun) menurut beberapa ahli gramatika bahasa Ibrani dari buku yang telah mereka tulis.
Nah, sebelum mengupas nomina bentuk terikat lebih dalam lagi, ada baiknya kita mengenal vokal-vokal dalam bIB beserta karakteristiknya terlebih dahulu. Masalah vokal ini sangat penting untuk diketahui. Soalnya, pengetahuan mengenai vokal ini menjadi salah satu alat bagi kita untuk ngebedah nomina bentuk terikat nantinya. Selain vokal, ada penjelasan mengenai konsonan dan karakteristik bIB.
Kalo gitu, langsung aja, deh..!   공부하자….!!!

NOMINA BENTUK TERIKAT PADA FRASE NOMINAL
DALAM BEBERAPA AYAT GENESIS BERBAHASA IBRANI
(bagian IIIa)

3.1 Pengantar
            Dalam bagian ini, akan diuraikan beberapa teori yang dijadikan dasar analisis mengenai masalah nomina terikat ini agar didapatkan gambaran yang jelas secara umum sebelum pengamatan lebih lanjut. Saya menggunakan analisis  ini berdasarkan dua bidang, yaitu morfologi dan fonologi. Karena dua bidang tersebut diterapkan sekaligus, gabungan kedua bidang tersebut dinamakan morfofonologi atau morfonologi. Morfofonologi adalah “struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem; termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem.” (Kridalaksana, 2001: 142).
Segi fonologis yang tampak dalam tulisan ini tampak pada adanya analisis dan pembahasan proses-proses fonologis mengenai konsonan, vokal serta perubahannya, tekanan, dan silabel. Adapun dari segi morfologis dapat dilihat pada proses afiksasi dalam infleksi bentuk dan pembentukan kata, serta beberapa perubahan pada sebagian akar kata.

3.2 Karakteristik Bahasa Ibrani
            BIB memiliki sejumlah karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa Semit lainnya. Beberapa karakteristik dapat ditemukan pada bahasa Semit secara umum dan karakteristik lainnya hanya dapat ditemukan dalam bIB. Karakteristik yang dapat diidentifikasikan akan saya jelaskan secara singkat berikut ini.
            Sama seperti bahasa Semit lainnya, kata dalam bIB memiliki akar kata yang terdiri atas tiga konsonan. Akar kata tersebut dapat diturunkan menjadi kata baru melalui proses derivasi dengan perubahan vokal atau penambahan huruf di awal, tengah, dan akhir kata. Misalnya, akar kata tiga konsonan כתב /KTB/ dapat diturunkan menjadi verba כָּתַב /kāthǎv/ ‘menulis’, nomina כְּתָב /kethāv/ ‘tulisan; dokumen’, partisipel aktif כֹּתֵב /kōthēv/ ‘penulis’, dan seterusnya.
            Verba dalam bIB mempunyai dua bentuk berdasarkan kala. Sementara itu, nomina mempunyai jenis (maskulin dan feminin) dan jumlah (tunggal, dual, dan jamak). Pronomina dapat berupa sufiks yang langsung digabungkan dengan verba atau nomina.
            Tidak seperti pada bA, kasus dalam bIB tidak jelas dan sulit untuk diidentifikasi. Penanda kasus akusatif adalah sufiks ָהh/ yang biasa digunakan untuk menunjukkan arah tujuan dan menandakan tempat terjadinya sesuatu.
Contoh: (43) /bǎythāh/     בַּיתָה       ‘ke rumah’                  
              (44) /šāmmāh/    שָׁמָּה     ‘di sana’          
            Kasus nominatif tidak mempunyai ciri tertentu dan hanya dapat diketahui dari posisi dan hubungannya dengan verba (Harrison, 1955: 71). Adapun kasus genitif tidak mempunyai penanda khusus, dan dalam bIB dapat berupa hubungan keterikatan dalam FN genitif.

3.3 Konsonan dan Vokal Bahasa Ibrani
            Pada bIB terdapat sedikit perbedaan dengan bahasa Semit yang lain dalam hal vokal. Namun, hal itu tidak terlalu signifikan karena antara vokal-vokal tersebut tetap saling berhubungan dari asalnya maupun dalam perbandingan dengan bahasa Semit yang lain. Lambang vocal dalam bIB dituliskan di bawah, di depan, atau di bawah dan depan huruf konsonan sekaligus, misalnya הֵ /hē/, רוּ /rû/, צַ /çǎ/, טֵי /ṭê/.
Mengenai vokal panjang, tidak diketahui seberapa lama durasi yang dipertahankan dalam pengucapannya. Akan tetapi, tidak ada perbedaan fonetis antara vokal pendek dan panjang dalam bIB modern dalam percakapan sehari-hari para penutur asli. Vokal-vokal panjang diucapkan dengan durasi tak jauh berbeda seperti halnya vokal pendek (Hetzron, 1997: 314).
Tidak hanya tiga bunyi vokal dasar (a, i, dan u), bIB mempunyai dua bunyi vokal tambahan e dan o. Untuk lebih lengkapnya, vokal-vokal tersebut akan dijelaskan pada artikel bagian selanjutnya.
BIB mempunyai 22 huruf konsonan jika lambang ש untuk sîn dan šîn dihitung sebagai satu huruf. Konsonan-konsonan tersebut dapat dilihat pada daftar transliterasi. Cara penulisan dalam bIB dimulai dari kiri ke kanan dan konsonan-konsonan tersebut ditulis terpisah-pisah tanpa disambung seperti huruf latin. Menurut Paul (Joün, 2000: 25) konsonan-konsonan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Labial   : ב , ו , מ , פ
  • Dental  : ד , ת , ט (velar)
  • Palatal  : ג , כ , י
  • Velar    : ט (dental), צ (sibilan), ק
  • Gutural : א , ה , ח , ע
  • Sibilan  : ז , ס , צ (velar), שׂ , שׁ
  • Lingual : ל , ר
  • Nasal    : מ , נ .
Ciri khas yang umumnya terdapat pada bahasa-bahasa Semit adalah adanya konsonan emfatik (tebal) dan gutural (tenggorokan). Konsonan emfatik dalam bIB yaitu ṭêth ט /ṭ/, qôf ק /q/, dan çādhê  צ /ç. Konsonan-konsonan tersebut diucapkan lebih ditekan dan tegas dari konsonan biasa. Ketiga konsonan tersebut termasuk bunyi tak bersuara dan diklasifikasikan dalam kelompok velar (Joün, 2000: 21-22). Konsonan ṭêth ט dapat dibandingkan dengan ṭa’ ط /ṭ/, qôf ק dengan qof ق /q/ , dan çādhê צ dengan ṣa’ ص /ṣ/ atau /ts/.
BIB mempunyai empat konsonan gutural: xêth ח /x/, ה /h/,‘ayin ע /’/, dan ‘alef א /?/. Keempat konsonan tersebut termasuk ke dalam konsonan-konsonan lemah. Dari keempat konsonan-konsonan gutural tersebut, konsonan xêth ח /x/ adalah konsonan gutural yang paling kuat, yaitu yang tak dapat kehilangan nilai kekonsonannya. Adapun konsonan ‘alef א /?/ adalah yang paling lemah dan sering kehilangan nilai kekonsonannya. Maksud hal itu adalah konsonan ‘alef א /?/ dapat kehilangan nilai fonetisnya (tidak dilafalkan) dan hanya mempunyai nilai ortografis (tetap dituliskan) dalam sebuah kata dan transliterasi. Hal ini terjadi jika konsonan ‘alef א /?/ tersebut mendapatkan šewa dasar senyap (ְ) atau tak bervokal, atau ketika di akhir kata tanpa vokal.
Konsonan gutural bIB umumnya lebih banyak menggunakan vokal dari kelas A bunyi a. Konsonan gutural juga lebih sering menggunakan šewa majemuk (xāṭēf) ֲ /a/, ֱ /ε/, dan ֳ /o/ ketimbang  šewa dasar biasa ְ /e/. Selain itu, vokal pada konsonan sebelum gutural yang bervokal šewa majemuk (xāṭēf) biasanya berupa vokal pendek yang setipe dengan šewa majemuk pada konsonan gutural tersebut.
Contoh: (45) /pǒolô/      פָּעֳלוֹ        ‘pekerjaannya (m)’                 
              (46) /nǎarô/      נַעֲרוֹ            ‘putranya (m)’                       
Konsonan-konsonan gutural dan konsonan rêš ר /r/ dalam bIB tidak dapat mengalami geminasi seperti halnya dalam bA. Oleh karena itu, untuk menandakan adanya geminasi, vokal sebelum konsonan gutural dan konsonan rêš ר /r/ diubah menjadi vokal panjang. Vokal-vokal yang dipanjangkan adalah ַ /ǎ/ menjadi ָ /ā/, ִ /ǐ/ menjadi ֵ /ē/, dan ֻ /ǔ/ menjadi ֹ /ō/.
Contoh: (47)     bǐrrǎkh*      →        /bērǎkh/        ‘dia (m) (telah) memberkati’         בֵּרַךְ
Konsonan gutural berat (ע, ה, danח ), apabila berada di akhir kata dengan vokal pendek páthǎx ַ /ǎ/ diucapkan dengan mendahulukan vokalnya terlebih dulu.
            Contoh: (48) /rûǎx/    רוּחַ   ‘roh, jiwa, angin’,   bukan /rûxǎ/
            Dalam bIB, terdapat enam konsonan yang mempunyai dua bentuk pengucapan keras dan lunak, yaitu dengan letupan atau dengan frikatif (spiran). Konsonan-konsonan tersebut adalah ב, ג, ד, כ, פ, dan ת yang disingkat dengan nama konsonan begadkefat. Bunyi konsonan tersebut keras jika ditandai dengan adanya titik dagh (ּ) di dalamnya. Konsonan-konsonan itu diucapkan tanpa aspirasi: בּ [b], גּ [g], דּ [d], כּ [k], פּ [p], dan תּ [t]. Konsonan keras tersebut biasa terdapat pada awal kata atau awal silabel setelah silabel tertutup.
Adapun konsonan lunak ditulis tanpa titik dagheš. Semuanya diucapkan dengan aspirasi atau frikatif: ב [v], ג [gh], ד [dh], כ [kh], פ [f], dan ת [th]. Konsonan-konsonan lunak ini lebih banyak terdapat di tengah atau akhir kata.
            Dalam bIB, terdapat konsonan lemah selain guttural. Kosonan itu antara lain konsonan nûn נ /n/, yôdh י /y/, dan wāw ו /w/. Konsonan yôdh י /y/ dan wāw ו /w/ dapat menjadi  semivokal dan bagian dari diftong. Penjelasan dapat dilihat pada artikel selanjutnya.
Konsonan nûn tanpa vokal atau dengan šewa senyap di tengah kata akan berasimilasi dengan konsonan di depannya. Apabila nûn mendahului konsonan gutural atau konsonan rêš ר /r/, vokal pada konsonan sebelumnya akan menjadi vokal panjang (contoh 50).
Contoh: (49) /mǎnsā?/*     *מַנְשָׂא      >       /mǎssā?/       ‘beban; ramalan nabi’        מַשָּׂא
              (50) /mǐn?ěrěç/*    מִנְאֶרֶץ*   >     /mē?ěrěç/                ‘dari bumi’              מֵאֶרֶץ

            3.3.1 Sistem Vokal Dasar Bahasa Ibrani
Vokal diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori artikulasi utama, yaitu naik turunnya lidah (dibagi antara vokal tinggi, tengah, dan bawah); maju-mundurnya lidah (dibagi antara vokal depan, pusat, dan belakang); dan berdasarkan bentuk bibir (bulat atau tak bulat) (Kentjono, 2002: 29). Adapun bentuk bibir pada artikulasi vokal menurut Lyons dibagi antara terbuka dan tertutup (Lyons, 1968: 103). Semua klasifikasi tersebut diilustrasikan ke dalam sebuah diagram seperti diagram vokal Kardinal pada gambar 3.
                                                 Depan                Pusat           Belakang
                                                       i                                           u
                         Tinggi (tertutup)  
                                                          e                                        o  
                                           Tengah
                                                               ε                                   э
                                  Bawah (terbuka)
                                                                   a                               α
Sumber: An Introduction to Phonetics and Phonology – John Clark (1995).
Gambar 3: Diagram Vokal Kardinal
            Sistem vokal dasar utama dalam bahasa proto-semit terdiri atas tiga bunyi vokal (a, i, dan u). Sistem vokal dasar dalam bIB mendapat dua buah tambahan bunyi, yaitu bunyi e dan o. Vokal e muncul dikarenakan adanya modifikasi dari a atau i, dan kontraksi ai (ay). Sementara itu, o muncul karena modifikasi a atau kontraksi au (aw). Pengucapan berdasarkan artikulasi dari sistem vokal dasar bIB adalah sebagai berikut:
  • a adalah vokal pusat rendah terbuka
  • i adalah vokal depan tinggi tertutup
  • u adalah vokal belakang tinggi tertutup
  • e adalah vokal depan tengah
  • o adalah vokal belakang tengah (Joün, 2000: 41)
Kelima bunyi vokal tersebut dapat diilustrasikan seperti pada tabel 3.
Sistem vokal dasar
Vokal dasar dan  bunyi panjang
 Kontraksi
i                       u
e                      o
a
i:  i                      u:  u
e:  e                     o:  o
a:  a
i                       u
e                      o
a

Tabel 3: Sistem Vokal Dasar bIB.
            Dari ilustrasi di atas, dapat kita pastikan apabila diftong ai (ay) atau au (aw) dikontraksikan maka perubahan artikulasi dalam diftong tersebut akan melalui jalan tengah melewati letak vokal e dan o berada. Dengan demikian, kontraksi tersebut menghasilkan vokal e dan o dalam bIB.
            Berdasarkan hubungan genetis dengan bahasa proto-semit yang bervokal a, i, dan u, vokal-vokal bIB diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu kelas A untuk bunyi a; kelas I untuk bunyi i dan e; dan kelas U untuk bunyi u dan o (Joün, 2000: 34).
            Diftong dalam bIB umumnya terdapat di akhir kata. Hal itu dikarenakan adanya konsonan ו /w/ atau י /y/. Kedua konsonan di akhir kata tersebut biasanya adalah sufiks pronomina orang ketiga tunggal laki-laki ( ו /w/) dan sufiks pronomina orang pertama tunggal ( י /y/). Hal itu juga dapat terjadi jika kedua konsonan tersebut didahului oleh vokal yang heterogen terhadap kedua konsonan vokal itu. Diftong tersebut di antaranya adalah uy, oy, ay, aw, dan iw.
Contoh: (51) /’ênāw/    עֵיניו      mata(dual)-nya(m)
                                                   ‘kedua matanya’
 (52) /?ǎxǎy/    אַחַי         saudara(jmk)-ku
                                     ‘saudar-saudaraku’
 (53) /?āvîw/    אִָבִיו          ‘bapak-nya(m)’

            3.3.2 Lambang Vokal dan Huruf Vokal Bahasa Ibrani
            BIB memiliki tujuh lambang vocal, antara lain:  ִ /ǐ/ (xîrěq);  ֵ /ē/ (çērê);  ֶ /ě/ (eghôl);  ַ /ǎ/ (páthǎx); ָ (qāmēç) untuk vokal /ā/ atau /â/* dan /ǒ/;  ֹ /ō/ (xōlěm); dan  ֻ /ǔ/ (qǐbbûç). Selain ketujuh lambang tersebut, vokal bIB mendapat tambahan dengan menggunakan semivokal י /y/ (yôdh) dan ו /w/ (wāw). Kedua semivokal tersebut biasa digunakan untuk memanjangkan vokal apabila terdapat setelah vokal yang sejenis; seperti iy untuk ִי /î/ (xîrěq panjang) dan uw untuk וּ /û/ (šûrěq). Vokal tersebut dapat dibandingkan dalam bA dengan ـِيْ /i:/ dan ـُوْ /u:/. Kedua semivokal tersebut dapat berkontraksi setelah bunyi a. Hal tersebut membuat ay (ai) menjadi ֵי /ê/ (çērê panjang), dan aw (au) menjadi וֹ /ô/ (xōlěm panjang).
            Selain semivokal י /y/ (yôdh) dan ו /w/ (wāw), terdapat semivokal ה /h/ () yang biasa digunakan untuk vokal panjang di akhir kata. Akan tetapi, saya tidak akan memasukkannya sebagai bagian dari vokal panjang dalam tulisan ini. Saya akan mentransliterasikannya dengan /h/ di akhir kata.
            Selain huruf ي (ya’) dan و (wawu), digunakan huruf ا (alif ) sebagai huruf vokal seperti ـَا /a:/ dalam bA. Akan tetapi dalam bIB, huruf א (‘alef) jarang sekali digunakan sebagai huruf vokal (Gesenius, 1910: 44) sehingga vokal panjang /â/ hanya ditulis dengan lambang ָ tanpa א (‘alef). Namun demikian, saya akan lebih banyak menggunakan lambang ָ sebagai lambang vokal /ā/. Hal ini seperti yang dikatakan Gesenius bahwa vokal /â/ dalam bIB sangat jarang dan cukup sulit untuk dibandingkan dengan /ā/. Selain itu, vokal /â/ sebagian besar menjadi bunyi samar /ô/ dalam bIB.
            Dalam teks AlKitab, sering terdapat cacat tulisan (defective writing) pada penulisan vokal panjang  וֹ /ô/, ִי /î/,  ֵי /ê/, dan וּ /û/. Vokal-vokal tersebut sering kali ditulis tanpa huruf vokal ו /w/ dan י /y/ menjadi ֹ /ô/, ִ /î/, ֵ /ê/. Selain itu, vokal וּ /û/ sering kali ditulis dengan lambang qǐbbûç  ֻ /û/.

            3.3.3 Ciri Khas Vokal Bahasa Ibrani
            Dibanding dengan bahasa semit yang lain, vokal dalam bIB mempunyai karakteristik tersendiri karena kondisinya yang dapat mengalami perubahan baik panjang, pendek, menjadi šewa atau vokal lain. Perubahan vokal tersebut karena pengaruh tekanan atau bentuk silabel. Berikut ini gambaran mengenai masing-masing vokal bIB.
  1. Vokal kelas A, bunyi a.
1.        Qāmēç  (ָ) /ā/. Vokal ā adalah tone-long vowel (tlv), yaitu vokal panjang yang dapat berubah-ubah karena pengaruh ada-tidaknya tekanan pada silabel. Vokal ā adalah perubahan dari ǎ pada silabel terbuka (sb) yang bertekanan. Vokal ā umumnya terdapat pada silabel bertekanan atau sebelumnya. Vokal ā terdapat pada silabel tertutup (st) jika bertekanan.
2.        Páthǎx (ַ) /ǎ/ adalah vokal pendek. Umumnya terdapat pada st dengan atau tanpa tekanan. Vokal ǎ dapat berubah menjadi ā pada sb. Vokal ǎ dapat melemah menjadi vokal pendek ǐ atau ě.
  1. Vokal kelas I, bunyi i dan e.
1.        Xîrěq panjang (ִי) /î/. Vokal î merupakan vokal tetap (vt) (unchangeable vowel), yaitu vokal yang tidak mengalami perubahan karena pengaruh tekanan dalam silabel. Vt umumnya terdapat pada sb.
2.        Xîrěq pendek (ִ) /ǐ/. Vokal /ǐ/ terdapat pada st tak bertekanan dan khususnya terdapat pada silabel tajam (stm) (sharpened syllable), yaitu st dengan geminasi pada konsonan di depannya, misalnya אִמִּי /ǐmmî/. Vokal ǐ pada silabel bertekanan akan berubah menjadi ē. Vokal ǐ dapat muncul dari pelemahan ǎ. Menurut hukum Philippi (Joün, 2000: 98), vokal ǐ pada st dapat berubah menjadi vokal pendek ǎ, dan vokal ǎ pada st tak bertekanan dapat melemah menjadi ǐ.
3.        Çērê dengan yôdh  (ֵי) /ê/. Vokal ê juga termasuk vt.
4.        Çērê (ֵ) /ē/. Vokal ē sama halnya dengan ā, yaitu tlv. Vokal ē adalah perubahan dari ǐ atau ě. Vokal ini terdapat pada sb baik dengan atau tanpa tekanan, dan pada st yang bertekanan. Vokal ē juga dapat melemah menjadi vokal pendek ǎ.
5.        eghôl (ֶ) /ě/. Vokal ě adalah hasil modifikasi dari ǐ. Selain itu, ia sebagai pengganti ē pada silabel yang tak bertekanan. Vokal ě juga digunakan sebagai vokal bantu dalam nomina segholate. Vokal ě juga dapat muncul karena pelemahan vokal pendek ǎ.
  1. Kelas U, bunyi u dan o.
1.        Šûrěq (וּ) /û/. Vokal û termasuk vt.
2.        Qǐbbûç (ֻ) /ǔ/. Vokal ǔ umumnya terdapat pada st tanpa tekanan dan lebih sering pada silabel tajam (stm).
3.        Xōlěm dengan wāw  (וֹ) /ô/. Vokal ô termasuk vt.
4.        Xōlěm (ֹ )/ō/. Vokal ō termasuk tlv dan merupakan bentuk perubahan dari ǔ atau ǒ yang mendapat tekanan. Vokal ō terdapat pada silabel betekanan dan pada sb sebelum tekanan.
5.        Qāmēç Xaṭûf (ָ) /ǒ/. Vokal ǒ adalah modifikasi dari ǔ. Vokal ini terdapat pada st tak bertekanan. Vokal ǒ dapat berubah menjadi ō jika pada silabel bertekanan.
Lambang vokal ָ digunakan untuk vokal qāmēç ā dan vokal pendek qāmēç xaṭûf ǒ. Gesenius (1910: 50) memberikan penjelasan bahwa lambang tersebut adalah ǒ jika pada st tanpa tekanan dengan perincian sebagai berikut:
1.      Apabila ָ diikuti oleh šewa senyap sebagai pemisah silabel
Contoh: (54) (?ǒkh - lāh)  /?ǒkhh/    אָכְלָה                ‘makanan’
2.      Pada st dengan geminasi (silabel tajam)
Contoh: (55) /xǒnnēnî/     חָנֵּנִי            ‘mengampuniku’
3.      Pada silabel yang kehilangan tekanan karena mendapat tanda ־ (maqqēf), contoh: (56)  /kǒl־hā?ādhām/      כָּל־הָאָדָם      ‘seluruh manusia’
4.      Pada st akhir kata tanpa tekanan.


Kelas A
bunyi a
Kelas I
bunyi i dan e
Kelas U
bunyi u dan o
Vokal panjang
Vt
ָ) / ָא )* /â/
ֵי /ê/,       ִי /î/
וּ /û/,         וֹ /ô/
tlv
ָ /ā/
ֵ /ē/
ֹ /ō/
Vokal pendek
ַ /ǎ/
ֶ /ě/,         ִ /ǐ/
ֻ /ǔ/,        ָ /ǒ/
Šewa
Kehilangan & jauh dari tekanan

------- pada gutural
ְ /e/
ֲ /a/,          ֱ /ε/
ְ /e/
ֱ /ε/,         ֲ /a/
ְ /e/
ֲ /a/,  ֱ /ε/,  ֳ /o/
Keterangan: * : tidak digunakan
                               : menjadi bunyi samar/ turunan
                               : dapat berubah menjadi
                               : modifikasi dari
                               : dapat melemah menjadi
Tabel 4: Vokal bIB dan Perubahannya.

3.3.4 Šewa dan Xāṭēf
            Salah satu ciri khas dalam bIB adalah adanya šewa (ְ) /e/, yaitu vokal setengah yang diucapkan lebih pendek dan cepat. Šewa adalah vokal yang menggantikan vokal-vokal penuh yang kehilangan dan jauh dari tekanan utama pada infleksi nomina, khususnya vokal pendek dari sb pada nomina bentuk dasar.
            Šewa dasar terbagi menjadi dua; šewa vocal, yaitu šewa yang dibunyikan /e/, dan šewa senyap yang tidak dibunyikan sama halnya seperti tanda sukun dalam bA.
            Selain šewa dasar, terdapat šewa majemuk, yaitu šewa dasar yang ditambah vokal pendek. Šewa majemuk ini disebut xāṭēf. Xāṭēf terdiri atas ֲ /a/ (xāṭēf-páthǎx); ֱ /ε/ (xāṭēf- ṣeghôl); dan ֳ /o/ (xāṭēf- qāmēç). Xāṭēf umumnya terdapat pada konsonan-konsonan gutural dan selalu dibunyikan.
            Selain terdapat pada konsonan gutural, xāṭēf-páthǎx ֲ /a/ bisa terdapat pada konsonan biasa, yaitu pada:
  • Konsonan dengan geminasi atau rangkap
Contoh: (57) /ṣôvavû/     סוֹבֲבוּ     ‘mereka berkeliling’
  • Pada konsonan sibilan (desis) yang didahului oleh וּ /û/
Contoh: (58) /ûsadhēh/      וּשֲׂדֵה           ‘dan ladang’
  • Pada konsonan rêš ר /r/ dan kaf כ/כּ /k/ setelah vokal panjang dan sebelum tekanan.
Contoh: (59) /tō?khalěnnāh/     תֹאכֲלֶנָּה   ‘engkau(m) akan mencari rezeki’

Kiranya cukup demikian bahasan vokal yang dapat saya sampaikan.
Jika terjadi kesalahan atau kekurangan, tolong dima’afkan. Jangan ragu untuk memperbaiki atau memberi masukan.

Setelah bagian mengenai vokal ini, kita akan bahas mengenai silabel, tekanan, dan nomina dalam bIB yang juga penting untuk diketahui agar bisa memahami nomina bentuk terikat lebih lanjut.

So…. Sampai jumpa pada bagian selanjutnya…….!

Assalaamu’alaikum…..!!!


BERSAMBUNG…….
다음 장을 읽으십시오

Selasa, 14 September 2010

'Iid Sa'iid


Assala:mu’alaikum…..!
Walaupun cukup telat, biarkan saya mengucapkan selamat hari raya IdulFitri, mohon ma’af lahir dan batin. Ma’afin, ya, jika saya ada salah-salah kata, ucap, ketik, perbuatan, dan prilaku. Maklum, sebagai manusia biasa, kita wajar berbuat salah karena nggak ada yang sempurna.
 Pada saat Lebaran, kita saling berma’afan dan mengucapkan selamat (tahni?ah). Tiap orang punya caranya masing-masing dalam tahni?ah-nya. Nah, tahni?ah yang paling sering kita dengar dan kita hapal dari mulut kebanyakan orang Indonesia adalah:
والفائزين العائدين من “   /min al-‘a:?idi:n wa al-fa:?izi:n/,
 lalu diikuti dengan “mohon ma’af lahir dan batin.”
Karena kedua kalimat itu sering diucapkan bersamaan, kebanyakan orang Indonesia (terutama yang kurang mengerti bahasa Arab) menganggap bahwa “mohon ma’af lahir dan batin” adalah arti dari “ والفائزين العائدين من “. Padahal, bukan itu artinya. Kalimat “ والفائزين العائدين من “ bisa dianggap sebagai sebuah doa yang, alhamdulilla:h, kebanyakan orang sudah mengetahui artinya bahkan jauh lebih tahu dari saya sendiri. Kalimat itu terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini:
والفائزين العائدين من “  /min                          al-‘a:?idi:n                             wa         al-fa:?izi:n/,
               dari; bagian, termasuk (prep.)   yang kembali (a. part. pl)    dan       yang menang (a. part. pl)
 “semoga (kita) termasuk orang-orang yang kembali (fitrah/suci) dan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan.”
Kembali ke fitrah? Ya, soalnya kita telah melalui gemblengan dan cobaan selama bulan Ramadhan. Selain itu, kita telah mengisinya dengan aneka ibadah mulai dari yang wajib hingga yang sunnah. Dengan semua itu, diharapkan kita memperoleh magfirah dari Allah atas segala dosa yang telah kita perbuat sehingga kembali fitrah seperti bayi yang baru lahir. Kita juga berharap menjadi salah satu orang yang menang atas semua ujian yang telah dialami. Cieeeh….., ma’af, ya, saya jadi berasa kayak ustadzah Mamah Dedeh ato ustadz Jefri Al-Bukhary (ngomong-ngomong, ada hubungan apa antara ustadz Jefri dengan kota Bukhara?).
Kita juga sering mendengar orang menambah dan mengucapkan kalimat:
ومنكم منّا تقَبّل “ /taqabbala      Alla:hu     minna:         wa         minkum/
                     menerima (3msg)    Allah       dari-kami      dan       dari-kalian
Kalimat tersebut menjadi sebuah doa yang terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini: “semoga Allah menerima amal ibadah yang kami dan kalian semua telah lakukan.”
Kalimat tersebut juga dipanjangkan dengan tambahan:
وصيامكم صيامنا “ /iya:mana:      wa         iya:makum/
                        puasa-kami           dan          puasa-kalian
Dengan tambahan itu, kalimatnya menjadi: “semoga Allah menerima puasa yang kami dan kalian semua telah lakukan.” Saya rasa itulah terjemahan yang dapat saya sampaikan. Jika memang terdapat kesalahan terjemahan, saya harap maklum karena saya bukan ustadzah atau ustadz seperti yang ada di tipi-tipi.
Lalu, bagaimana tahni?ah orang-orang Arab pada hari raya IedulFitri?
 Dari yang saya ketahui, biasanya mereka akan mengatakan:
          “ سعيد عيد “  /’i:d                   sa’i:d/
                           hari raya           bahagia, berbahagia
Atau “ مبارك عيد “ /’i:d                 muba:rak/
                          hari raya             yang diberkati (p. part.)
Terjemahan bebas keduanya kira-kira “selamat hari raya “. Kedua ucapan itu biasanya akan dijawab dengan:
 “ بخير وأنتم عام كلّ “ /kullu           ‘a:min     wa      ?antum       bixairin/
                       seluruh, setiap     tahun     dan       kalian        dengan(prep.)-kebaikan
Terjemahan bebasnya “semoga kalian selalu dalam keadaan baik sepanjang tahun”
Kalau di Iran, tahni?ah-nya sama, tetapi ada sedikit perbedaan karena mereka berbahasa Persia. Ucapannya seperti ini:
مبارك شما عيد “ /’ide                                     šoma       mobarak/
                         Hari raya-(poss. enclitic)      kalian       diberkati
                           “semoga hari raya kalian diberkati / selamat hari raya”
Ya, sekiranya, itulah sekelumit tahni?ah pada hari raya yang saya ketahui. Kita bisa pake saat halal bihalal dengan kerabat di lingkungan rumah. Bisa juga kita ucapkan kepada rekan-rekan di kantor, kampus atau sekolah nanti. Tentunya, semua tahni?ah, seperti apapun kalimatnya, akan lebih terasa makna dan kehangatannya jika kita mengucapkannya dengan tulus dan ikhlas dari lubuk hati terdalam yang diiringi senyuman. Wuiiiii………..hhhh    dahsyaaa………ttt.
Skali lagi, ma’af, ya, jika ada salah-salah kata!
Assala:mu’alaikum……!!!
 Silahkan diminum!!! jangan sungkan!!