Rabu, 24 November 2010

The Parent Consonants


Assala:mu 'alaikum......!   Annyeonghaseyo........!!!

“Mama….ma… Papa…pa…” merupakan salah contoh bunyi bahasa yang coba dihasilkan seorang bayi atau batita sebagai bentuk bicara mereka. Contoh tersebut merupakan satu bentuk sederhana ucapan sebelum semakin kompleks seiring perkembangan usia.

Dan, hingga saat ini pun kita tentu berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain. Saat berbicara, kita mengeluarkan bunyi yang dihasilkan oleh anggota-anggota tubuh mulai dari paru-paru hingga bagian-bagian mulut. Bunyi-bunyi yang dihasilkan untuk berbicara, atau bunyi bahasa, itu terdiri atas vokal dan konsonan. Pengucapan vokal dan konsonan itu tentu tidak dilakukan lepas-lepas atau secara terpisah melainkan dilafalakan secara berangkai.

Dari sekian banyak vokal dan konsonan itu, hampir semua orang dapat melafalkannya mulai dari anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kita tidak langsung bisa melafalkannya sekaligus sejak dilahirkan ke dunia ini. Bunyi-bunyi itu dapat kita ucapkan mulai dari yang paling sederhana hingga yang tersulit dilafalkan seiring perkembangan usia.

Sesuai judul di atas, saya mencoba membuat sebuah opini mengenai bunyi konsonan primitif (sederhana) -saya menyebutnya demikian- yang menurut saya  paling awal dapat diucapkan seorang bayi atau batita yang baru mulai berbicara (biasanya kira-kira umur 18 bulan ke bawah). Di antara konsonan awal dan sederhana itu adalah m, p, b, dan w. Keempat konsonan tersebut termasuk dalam konsonan bilabial.

m merupakan konsonan sengauan bilabial bersuara
p merupakan konsonan letupan bilabial tak bersuara
b adalah konsonan letupan bilabial bersuara, dan
w adalah konsonan hampiran bilabial tak bersuara.

Konsonan-konsonan itu saya sebut sederhana karena pelafalannya yang memang mudah dan sederhana bagi bayi dengan kedua bibir sebagai artikulatornya terutama setelah dirangkai dengan vokal a (konsonan w yang termudah. Namun, konsonan w tidak akan saya masukkan dalam pembahasan selanjutnya). Bibir bawah sebagai artikulator aktif, yaitu yang aktif bergerak menghampiri daerah artikulasi dan menghambat udara sebagai sumber suara. Adapun bibir atas sebagai artikulator pasif, yaitu daerah artikulasi.

Bibir merupakan artikulator yang dapat dikuasai bayi dengan mudah karena hanya digerakkan dengan membuka, menutup, dan membulatkan saja. Saat bayi, artikulator aktif lain seperti lidah belum terlalu fleksibel dan lincah. Gigi yang digunakan sebagai artikulator pasif pun belum tumbuh.

Lalu, apa hubungannya konsonan-konsonan bilabial tersebut dengan sebutan parent consonant?

Seperti yang disebutkan di atas bahwa konsonan-konsonan bilabial tersebut merupakan konsonan sederhana yang menurut saya pelafalannya mudah bagi batita. Selain karena mudah, konsonan-konsonan tersebut memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan orang terdekat sang anak yang tak lain adalah kedua orang tua (parent), yaitu mama dan papa.

Seorang bayi dan batita merupakan makhluk lemah tidak berdaya yang sangat bergantung kepada kedua orang tuanya. Bayi dan orang tuanya tentu membutuhkan komunikasi dalam berhubungan satu sama lain. Akan tetapi, seorang bayi tentu tidak dapat berkomunikasi layaknya manusia dewasa. Ia hanya dapat memberikan isyarat berupa tangisan sebagai media komunikasi terhadap sesuatu yang ia inginkan atau tidak sukai. Ocehannya pun lebih banyak berupa vokal, atau gabungan vokal dengan konsonan yang kita bahas sekarang. Sebaliknya, orang tua pun tidak sepenuhnya mengerti ocehan sang anak.

Karena kedekatan hubungan di antara keduanya inilah, konsonan-konsonan bilabial (m, p, dan b) tersebut  erat kaitannya dengan kata yang berarti ibu dan bapak.  Melalui konsonan-konsonan yang dikuasainya itulah, bayi memanggil orang terdekat mereka itu.

Hubungan antara konsonan bilabial yang sedang kita bahas (m, p, dan b) sekarang menggambarkan bunyi-bunyi yang berhubungan dengan ibu dan bapak. Konsonan-konsonan tersebut mewakili kata yang nantinya berkembang dengan arti orang tua (mama dan papa). Kita bisa lihat dalam bahasa berbagai dunia, kata yang berarti kedua orang tua (mama dan papa) mengandung salah satu konsonan tersebut.

Berikut ini kata mama dan papa dalam beberapa bahasa di dunia
                                                     mama                                              papa
Bahasa di Indonesia                ibu, emak, mbok                        bapak, abah
Bahasa Arab                               أم Ɂumm                                       أب Ɂab
Bahasa Ibrani                             אֵם Ɂēm                                          אָב Ɂābh
Bahasa Korea            어머니 omoni / 엄마 omma             아버지 aboji / 아빠 appa
Bahasa Hindi                               मां mā                   पिता pitā
Bahasa Persia                       مادر madar                                       پدر pedar
Bahasa Latin                                 mater                                               pater
Bahasa Spanyol                           madre                                              padre
Bahasa Perancis                          mère                                                père

Beberapa bahasa di atas terlihat mirip karena memang masih satu rumpun. Lagi pula jika dirunut ke belakang, semua bahasa berakar dari sumber yang sama.

Nah, begitulah pendapat saya mengenai parent consonants. Bagaimanapun juga tulisan di atas merupakan asumsi saya pribadi yang bersifat subyektif. Jika memang terdapat kesalahan, mohon dima’afkan dan jangan sungkan untuk memerbaiki serta memberi saran.


그럼…..  감사합니다
Assala:mu’alaikum…..!!!  Annyeong……..!

Minggu, 07 November 2010

Bukan Muhrim Bukan Mahram


Assala:mu’alaikum……..!

Mari baca sekelumit cerita berikut:
Suatu hari, si Fulan mengajak temannya, Fulanah, jalan-jalan. Agar terlihat akrab dan mesra, Fulan mencoba menggandeng tangan Fulanah. Lalu, Fulanah menolaknya dengan mengatakan, “Tidak, ah. Kita bukan muhrimnya.”

Ya, kita sering mendengar istilah “bukan muhrimnya” di kalangan masyarakat Indonesia. Sebenarnya, penggunaan kata “muhrim” dalam istilah tersebut tidaklah tepat. Namun karena telah lama digunakan dan menjadi kebiasaan, kata tersebut sudah menjadi umum, bahkan seolah telah menjadi kata baku. Seharusnya, Fulanah menggunakan kata mahram (مَحرَم maram).

Kata mahram memiliki beberapa arti, di antaranya adalah terlarang, tabu, tak dapat dilanggar, dan suci. Dalam istilah fiqih dan sesuai dengan konteks di atas, mahram berarti status seseorang dalam hubungan kekerabatan yang dilarang untuk dinikahi. Pengertian sederhana lainnya adalah orang yang memiliki hubungan darah, keluarga, atau kerabat. Jadi, dalam kasus Fulanah di atas, akan lebih baik jika ia mengatakan “bukan mahram.”
Lalu, bagaimana dengan muhrim?

 Kata muhrim dan mahram berasal dari akar kata yang sama, yaitu  حرم ḤaRuMa ‘diharamkan, terlarang’. Akar kata itu diderivasikan ke dalam verba pola IV (ɁC1C2C3) atau أفْعل ɁaF’aLa sehingga menghasilkan verba أحرم  ɁaRaMa.

Verba  أحرم  ɁaRaMa (perfect)            يُحرِمُ  yuRiMu (imperfect subjunctive)
berarti ‘masuk dalam keadaan ritual suci ibadah haji; memakai pakaian ihram’.

Bentuk infinitif (masdar) dari verba tersebut adalah
إحْرام  Ɂira:m  ‘dalam keadaan ritual ibadah haji/umrah (dengan mengenakan dua lembar kain putih yang tak berjahit, tanpa bercukur, tanpa menyisir, dan tidak melakukan hubungan suami istri); pakaian haji dan umrah’.

Makna lain dari إحْرام  Ɂira:m  adalah pengharaman, yaitu terlarang melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dilarang, seperti berburu dan melakukan hubungan suami istri.

Bentuk partisipel aktif dari verba أحرم  ɁaRaMa adalah
مُحرِم  murim  ‘orang yang mengenakan pakaian ihram (dalam haji atau umrah)’

Jadi, jika kita menggunakan makna muhrim sesuai uraian di atas pada perkataan si Fulanah, maka bunyinya menjadi ,”Tidak, ah. Kita bukan orang yang mengenakan pakaian ihramnya.” Hehehe… Walaupun kalimatnya benar, tetapi kedengarannya jadi lucu.

Lalu, sehubungan dengan muhrim, saat ini kita memasuki bulan Dzul Hijjah. Pada bulan ini, ibadah penting yang menjadi salah satu dari rukun Islam, yaitu haji, dilaksanakan oleh muslim seluruh dunia di satu tempat suci Makkah Al-Mukarramah. Ibadah haji mengharuskan pelaksananya untuk mengenakan pakaian ihram. Khusus bagi laki-laki, pakaian ihram berupa dua lembar kain putih yang tidak berjahit. Mengapa berupa kain putih yang tidak berjahit?

Syeikh Ali Ahmad Jurjawi menerangkan dalam bukunya yang berjudul “Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu” bahwa warna putih melambangkan kesucian dan kebersihan. Pakaian sederhana yang dikenakan oleh para haji menunjukkan bahwa manusia keluar dari hiasan dan gemerlapnya dunia. Dengannya, tidak ada perbedaan antara orang kaya, miskin, kulit putih, kulit cokelat, maupun kulit hitam. Ia telah lepas dari lahir batinnya yang dianggap telah diwarnai dengan kebatilan dan kesesatan.

Syeik Ali juga menjelaskan bahwa pakaian tidak berjahit mengisyaratkan para haji itu bagaikan bayi yang dibungkus dengan kain yang tidak berjahit pula. Kita biasa melihat bayi-bayi yang baru dilahirkan di rumah sakit segera dibungkus dengan kain tak berjahit. Mereka lahir tanpa harta dan tak berdaya. Maka, seperti itulah para haji digambarkan melalui kain-kain itu. Kain tak berjahit juga menggambarkan bahwa manusia tak memiliki kekuasaan karena kekuasaan hanya milik Allah  semata. Dan, pakaian yang sangat sederhana tersebut mengingatkan manusia tentang Padang Ma’syar tempat seluruh manusia dikumpulkan tanpa sehelai benang di akhirat kelak.

Sekian dahulu, ya. Mohon ma’af jika ada salah kata dan isi. Yang benar dari Allah, kesalahan dari saya sebagai manusia yang bisa khilaf. Jangan sungkan untuk memberi saran dan masukan.
شكرا
감사합니다
Assala:mu’alaikum…..!!!

Sabtu, 06 November 2010

Nomina Bentuk Terikat dalam Bahasa Ibrani (BAGIAN IVb)


Assala:mu’alaikum….!  Syalo:m ‘ale:khem…..!!  Annyeonghaseyo……!!!
 ….!  Yaaa….!  Ki:f  a:lukum.....???
Mudah-mudahan kalian gak bosen dengan topik ini, ya?
Mari kita lanjutkan pembahasan analisis kita mengenai nomina terikat pada frase nominal dalam bahasa Ibrani lanjutan dari bagian 4a.
Kalo gitu, langsung aja, deh..!   공부하….!!!

4.2.2 Dari Nd dengan Vokal Pendek pada Silabel Pertama dan Panjang pada Silabel Kedua
            Bentuk dari nd ini antara lain, nd pola qǎṭâl menjadi nb berpola קָטוֹל /qāṭôl/; qǎṭîl menjadi nb berpola קָטִיל /qāṭîl/; qǎṭûl menjadi nb berpola קָטוּל /qāṭûl/; qǐṭâl dan qǔṭâl menjadi nb berpola קְטוֹל /qeṭôl/; qǐṭîl menjadi nb berpola קְטִיל /qeṭîl/; qǐṭûl dan qǔṭûl menjadi nb berpola קְטוּל /qeṭûl/. Hanya ada beberapa kata dari pola ini yang saya temukan dalam Genesis.
            Vokal-vokal panjang dari silabel kedua pola ini termasuk vt. Dengan demikian, perubahan lebih banyak terjadi pada vokal dari silabel pertama. Sistematika perubahan nt tunggal terjadi dengan berpindahnya tekanan utama dari silabel kedua. Hal itu membuat vokal pendek dari silabel pertama yang jauh dari tekanan melemah menjadi ְ /e/ šewa atau šewa majemuk pada gutural. Sementara itu, vokal panjang silabel kedua pada nb tidak berubah karena termasuk vt.
            Bentuk nb dan nt jamak dari pola ini adalah dengan menambahkan sufiks jamak bebas atau terikat pada nt tunggal. Saya akan mengambil contoh dari salah satu pola berikut.
                                                       1                                   2
                    קַטִיל (nd)    >    קָטִיל (nb)         קְטִיל   (nt)
                                               1                        2
Tunggal:    qǎṭîl (nd)    >    qāṭîl (nb)        qeṭîl   (nt)
                                              1                                2
                   קַטִיל (nd)    >     קְטִילִים (nb.jmk)       קְטִילֵי (nt.jmk)
                                                 1                             2
Jamak   :     qǎṭîl (nd)   >    qeṭîlîm (nb.jmk)   qeṭîlê      (nt.jmk)
Contoh:
(100) /ṣārîṣ/ (nb)   סָרִיס              /ṣerîṣ            pǎr’ōh/                                  סְרִיס  פַּרְעֹה  
        ‘kasim’                                 kasim (nt)    Firaun’
                                    ‘seorang pegawai istana Firaun’ (Gn 37.36)
(101) /rāvîdh/ (nb)    רָבִיד           /revîdh        hǎzzāhāv/                                   רְבִד הַזָּהָב  
       ‘kalung’                            kalung (nt)     (def.)-emas
                                                ‘kalung emas’ (Gn 41.42)
Contoh (101) merupakan pola yang sama dengan contoh (100). Namun, terdapat suatu bentuk yang dinamakan tulisan cacat (defective writing) pada penulisan vokal ִי /î/ di konsonan radikal kedua nt בִ /vî/ contoh (101). Vokal î seharusnya ditulis ִי /î/ dengan semivokal yôdh י /y/. Pada kata tersebut, î ditulis tanpa semivokal yôdh י /y/ sehingga menjadi רְבִד / revîdh/. Namun demikian, saya tetap mentransliterasikan vokal pada nt tersebut dengan /î/.
(102) /šālôm/  (nb)    שָׁלוֹם               elôm                       ?ǎxēkhā/             אַחֶיךָ שְׁלוֹם
      ‘salam; keselamatan; damai’       keselamatan (nt)      saudara (jmk)-mu(lk)
                                                          ‘keadaan saudara-saudaramu’ (Gn 37.14)
Contoh (102) merupakan salah satu bentuk dari nb pola קָטוֹל /qāṭôl/. Sistematika perubahan sama seperti contoh sebelumnya, yaitu vokal ָ /ā/ pada nb silabel pertama שָׁ  /šā/ menjadi šewa. Sementara itu, vokal panjang וֹ /ô/ pada silabel kedua nb tak berubah karena merupakan vt.
(103) /gevûl/ (nb)   גְּבוּל         / gevûl                   hǎkenǎ’anî/                        גְּבוּל הַכְּנַעֲנִי  
      ‘batas, perbatasan’          perbatasan (nt)      (def.)-orang Kanaan
                                                ‘daerah orang Kanaan’ (Gn 10.19)
(104) /bekhôr/ (nb)   בְּכוֹר         /bekhôr              yehûdhāh/                              בְּכוֹר יְהוּדָה  
      ‘anak sulung’                    ‘anak sulung        Yehuda’ (Gn 38.7)
(105) /xalôm/ (nb)   חֲלוֹם           /xalôm         ?ǎxēr/                                        חֲלוֹם אַחֵר  
      ‘mimpi’                                 mimpi (nt)     lain
                                                 ‘mimpi yang lain’ (Gn 37.9)
(106) /ne?ûm/ (nb)    נְאוּם          /ne?ûm      yehwāh/                                        נְאֻם יְהוָה  
       ‘firman’                                 ‘firman       Tuhan’ (Gn 22.16)
            Contoh (103) merupakan salah satu bentuk dari nb pola קְטוּל /qeṭûl/, sedangkan contoh (104) dan (105) adalah bentuk dari nb pola קְטוֹל /qeṭôl/. Bentuk nt pola-pola ini tidak mengalami perubahan karena vokal pada konsonan pertama nb sudah dalam bentuk šewa (גְּ /ge/, בְּ /be/ dan חֲ /xa/). Adapun vokal pada silabel kedua merupakan vt. Contoh (105) menggunakan šewa majemuk ֲ /a/ xāṭēf-páthǎx karena konsonan pertama kata tersebut merupakan konsonan gutural.
            Contoh (106) merupakan pola yang sama seperti contoh (103). Namun, terdapat cacat tulisan dalam nt pada vokal panjang û; vokal tersebut seharusnya ditulis dengan וּ /û/, tetapi dalam teks AlKitab ditulis dengan lambang qǐbbûç  ֻ /ǔ/. Namun demikian, saya tetap mentransliterasikan vokal pada nt tersebut dengan /û/.
(107) /xǎllôn/ (nb/nt)    חַלּוֹן             /xǎllôn          hǎttēvāh/                         חַלּוֹן  הַתֵּבָה  
         ‘jendela’                                  jendela (nt)     (def.)-bahtera
                                         ‘tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu’ (Gn 8.6)
(108) /?ǎllûf/ (nb/nt)     אַלּוּף           /?ǎllûf               dǐšān/                           אַלּוּף  דִּשָׂן  
         ‘pemimpin; jendral’               pemimpin(nt)       Disyan
                                                       ‘kepala kaum Disyan’ (36.30)
            Nomina חַלּוֹן /xǎllôn/ dan אַלּוּף /?ǎllûf/ pada kedua contoh di atas, saya masukkan dalam kelompok nomina dengan vokal panjang (vt) pada silabel kedua berpola nb קָטוֹל /qāṭôl/ dan קָטוּל /qāṭûl/. Akan tetapi karena radikal kedua nomina ini mengalami geminasi, maka radikal pertama nomina tersebut membentuk sebuah stm yang selalu bervokal pendek. Dalam kedua contoh tersebut, vokal qāmēç ָ /ā/ dari pola nb menjadi vokal pendek ַ /ǎ/ páthǎx. Kedua nomina tersebut tidak mengalami perubahan dalam bentuk nt.
            Berikut ini merupakan contoh dari bentuk jamak yang saya temukan.
(109) /ṣerîṣîm/ (nb.jmk)  סְרִיסִים      /ṣerîṣê                   fǎr’ōh/                    סְרִיסֵי פַרְעֹה  
      ‘kasim’ (jmk)                             kasim (nt.jmk)       Firaun
                                                ‘pegawai-pegawai istana Firaun’ (Gn 40.7)
(110) /?aṣîrîm/ (nb.jmk)  אֲסִירִים      /?aṣîrê                      hǎmmělěkh/         הַמֶּלֶךְ אֲסִורֵי
       ‘tahanan’ (jmk)                        tahanan (nt.jmk)          (def.)-raja
                                                         ‘tahanan-tahanan raja’ (Gn 39.20)
(111) /?adhônîm/ (nb.jmk)   אֲדוֹנִים       /?adhônê          yôṣēf/                        אֲדֹנֵי  יוֹסֵף  
      ‘tuan’ (nb.jmk)                               tuan (nt.jmk)     Yusuf
                        Joseph’s  master’ (Gn 39.20)
(112) /zerôǎ’/ (nb.f)    זְרוֹעַ           /zerô’ê                   yādhāw/                        זְרֹעֵי  יָדָיו  
         ‘lengan’                              lengan (nt.f.dual)      tangan(dual)-nya(m)
                                                           ‘lengan tangannya’ (Gn 49.24)
(113) /?ǎllûfîm/ (nb.jmk)  אַלּוּפִים      /?ǎllûfê                    hǎxōrî/              אַלּוּפֵי  הַחֹרִי  
         ‘pemimpin; jendral’                pemimpin(nt.jmk)    (def.)-Hori
                                                 ‘kepala-kepala kaum orang Hori’ (Gn 36.29)
            Nb tunggal dari contoh (110) adalah אָסִיר /?āṣîr/. Karena konsonan radikal pertama termasuk konsonan guttural, maka konsonan tersebut menggunakan šewa majemuk. Vokal panjang î pada konsonan radikal kedua nt (סִו) tidak ditulis dengan semivokal yôdh י /y/ melainkan dengan konsonan ו /w/ (wāw). Dalam AlKitab, hal tersebut dinamakan dengan Qe dan Kethîv. Kethîv adalah tulisan yang tercantum (cara menulis), sedangkan Qemerupakan cara membaca tulisan yang tercantum tersebut. Dalam AlKitab berbahasa Ibrani, adanya Qe dan Kethîv ditandai dengan simbol ק di samping kiri atau kanan halaman. Simbol-simbol keterangan di samping kiri dan kanan halaman AlKitab tersebut dinamakan tulisan Masora. Contoh nt (110) tersebut di dalam teks Alkitab ditulis dengan אֲסִורֵי /?asǐwrê/ namun dibaca dengan /?aṣîrê/.
            Nb tunggal dari contoh (111) adalah אָדוֹן /?ādhôn/ dari nb pola קָטוֹל /qāṭôl/. Contoh nb jamak ini juga terdapat tulisan cacat, yaitu vokal panjang ô pada konsonan radikal kedua nt ditulis דֹ /dō/ tanpa semivokal  ו /w/ (wāw). Namun demikian, saya tetap mentansliterasikannya sebagai /dô/.
            Contoh (112) adalah nb berpola קְטוֹל /qeṭôl/. Dari beberapa sumber literatur yang saya temukan, dikatakan bahwa nomina זְרוֹעַ /zerôǎ’/ tidak menggunakan bentuk nb dual tetapi menggunakan bentuk nb jamak feminin זְרוֹעוֹת /zerô’ôth/. Bentuk nt dual yang saya temukan dalam Genesis tersebut merupakan bentuk khusus. Nt dual tersebut dibentuk dengan menambahkan sufiks jamak terikat pada bentuk nb tunggal setelah menghilangkan vokal pendek páthǎx ַ /ǎ/  dari konsonan ע /’/. Selain itu, terdapat cacat tulisan pada penulisan vokal panjang ô yang ditulis tanpa semivokal ו /w/ (wāw).
            Contoh (113) adalah bentuk jamak dari contoh (108) sebelumnya. Perubahan bentuk nt jamak hanya dengan mengganti sufiks jamak bentuk bebas dengan sufiks jamak bentuk terikat.

4.2.3 Dari Nd dengan Vokal Panjang pada Silabel Pertama dan  Pendek pada Silabel Kedua
            Bentuk nd pola ini adalah: qâṭǎl menjadi nb berpola קוֹטָל /qôṭāl/, qâṭǐl menjadi nb berpola קוֹטֵל /qôṭēl/, dan qûṭǎl menjadi nb berpola קוּטָל /qûṭāl/ atau קוּטַל /qûṭǎl/. Vokal-vokal panjang dari silabel pertama dalam bentuk nt tidak berubah menjadi šewa karena termasuk vt. Karena vokal pada silabel pertama merupakan vt, maka perubahan lebih banyak terjadi pada vokal dari silabel kedua.
Pada nomina tunggal, vokal-vokal silabel kedua nb akan kembali menjadi vokal pendek dari silabel kedua nd. Namun pada sebagian pola nb, vokal-vokal silabel kedua tersebut tidak mengalami perubahan dalam bentuk nt. Adapun vokal silabel kedua pada nomina jamak, sebagian besar, menjadi šewa atau šewa majemuk pada konsonan gutural.
                           1                      2 
   קָטַל (nd)    >   קוֹטָל  (nb)      קוֹטַל  (nt)
                            1                           2
Tunggal: qâṭǎl (nd) > qôṭāl (nb) → qôṭǎl   (nt)
                                         1           1                                2               2
               קָטִל (nd)    >  קוֹטֵל / קֹטֵל (nb)        קוֹטֵל /    קֹטֵל (nt)
                                       1                             2
Tunggal: qâṭǐl (nd)  >  qôṭēl (nb)           qôṭēl     (nt)
                                   1                                                                                                        2
             קָטַל (nd)   > קוֹטָלִים (nb.jmk)     קוֹטַלִים*   קוֹטְלִים*            קוֹטְלֵי (nt.jmk)
                                          1                                                                                           2
Jamak: qâṭǎl (nd) > qôṭālîm (nb.jmk) → qôṭǎlîm* → qôṭelîm* → qôṭe    (nt.jmk)
Berikut ini beberapa contoh nt yang saya temukan dalam Genesis.
(114) /kôhēn/ (nb)    כֹּהֵן            /kôhēn          ?ōn/                                         כֹּהֵן  אֹן  
         ‘imam’                                   imam (nt)     On
                                                    ‘imam di On’ (Gn 41.45)
(115) /rô’ěh/ (nb)     רוֹעֶה             /rô’ēh                     çō?n/                            רֹעֵה  צאֺן  
         ‘penggembala’                   penggembala (nt)     kambing; ternak (kol.)
                                                           ‘gembala kambing’ (Gn 4.2)
            Contoh (114) merupakan nb dari pola קוֹטֵל /qôṭēl/ dengan tulisan cacat pada penulisan vokal panjang ô. Vokal tersebut ditulis tanpa semivokal ו /w/ (wāw)  di silabel pertama כֹּ /kō/. Namun demikian, saya tetap mentransliterasikannya dengan /kô/. Lalu, vokal pada silabel kedua nb tidak mengalami perubahan dalam nt.
            Contoh (115) adalah nomina dari pola קוֹטֵל /qôṭēl/. Namun, nomina tersebut mempunyai akhiran yang sama seperti contoh (91) sebelumnya, yaitu dengan akhiran ֶהh/. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akhiran ֶהh/ dalam bentuk nt berubah menjadi ֵהh/. Sementara itu, vt ô dari contoh di atas ditulis cacat tanpa semivokal ו /w/ (wāw) dalam teks.
(116) /kôkhāvîm/ (nb.jmk)    כּוֹכָבִים      /khôkhe     hǎššāmǎyǐm/            כוֹכְבֵי הַשָּׁמַיִם  
         ‘bintang’ (nb.jmk)                           ‘bintang      (def,)-langit’
                                                               ‘bintang di langit’ (Gn 26.4)
            Bentuk nb tunggal contoh (116) adalah כּוֹכָב /kôkhāv/. Perubahan nb jamak dilakukan dengan mengembalikan vokal pada silabel kedua nb  כָ /khā/ menjadi šewa karena hilangnya tekanan utama. Kemudian, sufiks jamak bentuk bebas digantikan dengan sufiks jamak bentuk terikat.

Wuaaaahhhh….. cukup dulu, ya. Kita lanjutkan di bagian 4 selanjutnya saja.
Mohon ma’af kalau monoton dan ada salah-salah kata. Jangan sungkan untuk mengoreksi dan member masukkan, ya!!

So…. Sampai jumpa pada bagian selanjutnya…….!
Assala:mu’alaikum…..!!!  Syalo:m ‘ale:khem…….!!  Annyeong……..!

BERSAMBUNG…….
다음 장을 읽으십시오