Minggu, 24 April 2011

Siapa Syirik atau Iri?


Assala:mu’alaikum….!  Annyeonghaseyo….!!
Saya mau bahas sebuah kata dari situasi yang mungkin banyak terjadi di masyarakat sekitar. Begini:
Suatu hari, si Fulan membeli TV layar lebar. Si Pailul, yang tinggal dekat rumah Fulan, melihat tetangganya itu membeli TV baru. Pailul yang hanya memiliki TV kecil hitam-putih merasa iri hati, sebal, dan sewot karena ia juga ingin memiliki TV berwarna berukuran besar seperti yang dimiliki Fulan. Melihat gelagat sewot si Pailul, si Fulan berkata, “Yee, syirik, lu! Kalo mau, beli, donk!”.
Nah, kata “syirik” pada ucapan si Fulan itulah yang ingin saya bahas kali ini. Karena, orang di Indonesia banyak tidak tepat—menurut saya— menggunakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab itu seperti yang diucapkan Fulan di atas. Masyarakat kebanyakan menggunakan kata ini untuk menggambarkan keadaan atau sifat seseorang yang tidak senang atas kebahagiaan, kecukupan, kesuksesan, atau sesuatu yang dimilki orang lain. Apakah kata serapan itu memang bermakna demikian dalam bahasa Indonesia? Setahu saya, bukan seperti itu makna kata tersebut dalam KBBI.
Kata “syirik” yang ada di Indonesia merupakan serapan dari bahasa Arab. Akar kata itu dalam bahasa Arab adalah شرك ŠaRiKa yang berarti “bersekutu, berserikat, berpartisipasi, dan berbagi”. Dari akar kata inilah, muncul turunan kata شِرك širk yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata “syirik”. Kata شِرك širk ini sendiri berarti “politeisme, pemujaan berhala” atau makna yang paling dikenal adalah “mempersekutukan Allah dengan apa pun”.
Dari kata tersebut, muncul juga kata مشرك mušrik yang merupakan bentuk kata partisipel aktif atau pelaku (فاعل اسم ism fa:’il) dengan arti “politeis, orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun”. Kata ini tetap memiliki arti yang sama setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Seandainya kata “syirik” pada ucapan Fulan di atas disesuaikan dengan makna yang sebenarnya, yaitu “mempersekutukan Allah dengan apa pun”, maka ucapannya itu menjadi tidak tepat bahkan dapat menjadi fitnah. Karena, belum tentu jika si Pailul merupakan orang yang mempersekutukan Allah atau penganut politeisme.
Jadi, berdasarkan asal kata “syirik” ini, saya merasa lebih tepat jika ucapan si Fulan pada situasi di atas diganti dengan kata “iri”. Dengan demikian, ucapan si Fulan jadi berbunyi, “Yee, iri, lu! Kalo mau, beli, donk!”.
Demikianlah pendapat yang saya kemukakan. Bagaimanapun juga, hal di atas merupakan pendapat saya pribadi. Jika terdapat kesalahan, mohon dima’afkan dan jangan sungkan untuk memerbaiki dan memberi masukkan.
شكرا
감사합니다
Assala:mu’alaikum…..!!    Annyeong……..!

Selasa, 19 April 2011

Jumlah Ismiyyah (Nominal Sentences)


Assala:mu’alaikum……!  Annyeonghaseyo…..!!
Sebagian besar rekan-rekan mungkin telah mengetahui bahwa جملة jumlah/tun dalam bahasa Arab berarti “kalimat” dalam bahasa Indonesia. Sementara, كلمة kalimah/tun berarti “kata” dalam bahasa Indonesia. Mengapa terjemahannya terlihat tidak sesuai antara كلمة kalimah dan “kalimat”? Saya tidak akan bahas itu. Hehehe….
Yang ingin saya sampaikan kali ini adalah mengenai jumlah (kalimat) dalam Al-‘Arabiyyah. Jumlah dalam bahasa Arab terbagi dalam dua macam, yaitu اسمية جملة jumla ismiyya (kalimat nominal) dan فعلية جملة jumla fi’liyya (kalimat verbal). اسمية جملة jumla ismiyya dikenal sebagai kalimat yang dimulai dengan اسم ism (nomina) atau subyeknya berada pada permulaan kalimat. Adapun فعلية جملة jumla fi’liyya merupakan kalimat yang dimulai dengan فعل fi’l (verba).
Nah, yang ingin saya bahas di sini adalah mengenai اسمية جملة jumla ismiyya. Seperti namanya, jumlah ismiyyah biasa diawali dengan isim. Konstruksi kalimat ini memiliki dua bagian yang disebut مبتدأ mubtadaɁ dan خبر /المبتدأ خبر xabar/xabar al-mubtadaɁ.
MubtadaɁ, yang berarti ‘permulaan’, merupakan subyek kalimat yang berbentuk definit (معرفة ma’rifa). Karena selaku subyek kalimat, ia selalu berada dalam kasus nominatif (مرفوع marfu:’), yaitu berharakat ضمّة ḍamma (ُ u) pada akhir kata.
Contoh: مفلسٌ الناشرُ  an-na:širu       muflisun
                                     (itu)penerbit    bangkrut
                                      ‘penerbit itu bangkrut’
              التلفاز في مشهورٌ الشرطىُّ  aš-šuriyyu  mašhu:run  fi:   t-tilfa:z
                                                          (itu)polisi       terkenal    di   (itu)televisi
                                                                 ‘polisi itu terkenal di televisi’
Kata الناشرُ an-na:širu dan الشرطىُّ aš-šuriyyu pada kalimat nominal di atas merupakan مبتدأ mubtadaɁ atau subyek kalimat.
Adapun xabar, yang berarti ‘berita’ atau ‘informasi’, merupakan predikat kalimat yang berfungsi untuk menandai atau memberitahukan mengenai subyek, juga untuk membuat kalimat menjadi sempurna (مفيدة جملة jumla mufi”da). Xabar terdiri atas tiga jenis.
Pertama, xabar yang berbentuk kata tunggal (مفرد اسم ism mufrad). Xabar ini berbentuk indefinit (نكرة nakira) dan berkasus nominatif (berharakat ضمّة ḍamma) seperti mubtadaɁ. Ia juga mengikuti aturan kesesuaian terhadap mubtadaɁ yang diberitakannya. Maksudnya, jika mubtadaɁ berupa kata dari golongan makhluk berakal, maka xabar harus menyesuaikan bentuk yang sama seperti mubtadaɁ dalam jenis (feminin/maskulin) dan jumlah (tunggal, dual, dan jamak).
Contoh: الإختبار في ناجحةٌ التلميذةُ at-tilmi:ðatu    na:jiatun  fi:   l-Ɂixtiba:ri
                                                        (itu)murid (pr)     lulus         di    (itu)ujian
                                                       ‘murid perempuan itu lulus dalam ujian’
              الإختبار في ناجحان التلميذان at-tilmi:ða:ni           na:jia:ni       fi:   l-Ɂixtiba:ri
                                                            (itu)murid(lk)-dual   lulus-(dual)  di   (itu)ujian
                                                            ‘kedua murid laki-laki itu lulus dalam ujian’
              الإختبار في ناجحون التلاميذُ at-tala:mi:ðu  na:jiu:na   fi:    l-Ɂixtiba:ri
                                                             (itu)murid-pl    lulus-pl      di     (itu)ujian
                                                             ‘para murid laki-laki itu lulus dalam ujian’
Pada contoh di atas, التلميذةُ at-tilmi:ðatu merupakan mubtadaɁ yang berupa nomina feminin (مُؤنّث mu?annaθ) tunggal, maka xabar kalimat itu juga berupa kata berjenis feminin tunggal ناجحةٌ  na:jiatun.
MubtadaɁ pada kalimat kedua, yaitu التلميذان at-tilmi:ða:ni, merupakan nomina maskulin (مُذكّر muðakkar) berbentuk dual. Oleh karena itu, xabar-nya juga berupa kata berbentuk dual maskulin ناجحان  na:jia:ni. Hal serupa juga terjadi pada kalimat ketiga yang mubtadaɁ dan xabar-nya berupa kata jamak.
Namun, jika mubtadaɁ berupa makhluk tak berakal atau kata benda abstrak berbentuk jamak, maka xabar cukup dalam bentuk kata feminin tunggal.
Contoh:  صعبةٌ الإمتحاناتُ al-Ɂimtia:na:tu  a’batun
                                              (itu)ujian-fpl          sulit-f
                                                  ‘ujian-ujian itu sulit’
Pada contoh di atas, الإمتحاناتُ al-Ɂimtia:na:tu adalah mubtadaɁ yang berupa nomina feminin jamak dari kata abstrak atau tak berakal. Dengan demikian, xabar-nya cukup dalam bentuk kata feminin tunggal صعبةٌ a’batun.
Kedua, Xabar yang berupa jumlah (kalimat) baik ismiyyah maupun fi’liyyah. Xabar yang berupa jumlah harus mengandung penanda pronomina (ضمير ami:r) yang sesuai dengan mubtadaɁ-nya. Pada xabar yang berbentuk jumlah ismiyyah, penanda  ضمير ami:r berupa sufiks pronomina (متصل ضمير ami:r muttail).
Contoh: كثيرةٌ سيّارتُها المدبّرةُ al-mudabbiratu  sayya:ratuha:  kaθi:ratun
                                                  (itu)manajer(pr)   mobil-nya(f)     banyak
                                              ‘manajer perempuan itu mobilnya ada banyak’
               الملعبِ داخل يضاربان المدرّبان al-mudarriba:ni yua:riba:ni da:xila l-mal’abi
                                                         (itu)pelatih-dual 3mdual-berkelahi di dalam (itu)lapangan
                                                                ‘kedua pelatih itu berkelahi di dalam lapangan’
MubtadaɁ pada kalimat pertama adalah المدبّرةُ al-mudabbiratu yang berjenis feminin tunggal, sedangkan xabar-nya adalah كثيرةٌ سيّارتُها sayya:ratuha:  kaθi:ratun yang berupa jumlah ismiyyah. Pada xabar itu dicantumkan sufiks pronomina orang ketiga  tunggal feminin هَا ha: “nya” (di kata سيارة sayya:ra) yang mengacu kepada المدبّرةُ al-mudabbiratu selaku mubtadaɁ.
Adapun mubtadaɁ pada kalimat kedua adalah المدرّبان al-mudarriba:ni yang berupa nomina berjenis maskulin dual, sedangkan xabar-nya adalah يضاربان yua:riba:ni. Xabar yang berupa fi’l (verba) itu harus sesuai dengan mubtadaɁ-nya, sehingga bentuknya adalah verba orang ketiga dual maskulin.
Ketiga, xabar berupa atau mengandung preposisi dan kata yang didahuluinya (ومجرور جار ja:r wamajru:r), atau kata keterangan tempat (مكان ظرف arf maka:n) dan kata keterangan waktu (زمان ظرف arf zama:n).
Contoh: السرير على زينبُ   zainabu   ‘ala:    s-sari:ri
                                               Zainab      atas    (itu)ranjang
                                               ‘Zainab ada di atas ranjang’

               السجن أمام الرئيس زوجةُ   zaujatu  r-raɁi:si          Ɂama:ma    s-sijni
                                                        Isteri       (itu)presiden  di depan    (itu)penjara
                                                         ‘isteri presiden itu ada di depan penjara’
              السبت يوم قبل الجمعة يومُ   yaumu l-jum’ati qabla yaumi s-sabti
                                                         hari (itu)jum’at sebelum hari (itu)sabtu
                                                       ‘hari Jum’at ada pada sebelum hari Sabtu’
MubtadaɁ pada kalimat pertama adalah زينبُ zainabu, sedangkan xabar-nya adalah السرير على ‘ala: s-sari:ri yang terdiri atas preposisi على ‘ala: dan diikuti kata السرير as-sari:r yang dalam keadaan مجرور majru:r.
Adapun mubtadaɁ kalimat kedua dan ketiga adalah الرئيس زوجةُ zaujatu  r-raɁi:si dan الجمعة يومُ yaumu l-jum’ati . Xabar kedua kalimat itu adalah أمام Ɂama:ma yang berupa kata keterangan tempat dan قبل  qabla yang berupa kata keterangan waktu.
Sebelumnya, telah disebutkan bahwa mubtadaɁ selalu berbentuk definit dalam jumlah ismiyyah. Namun, ada juga mubtadaɁ yang berbentuk indefinit ( نكرة nakira). Jika mubtadaɁ dalam kalimat itu berbentuk indefinit, maka ia tidak diletakkan di awal kalimat. Sebagai gantinya, xabar-lah yang mendahului mubtadaɁ-nya, sehingga hal itu disebut sebagai مقدّم خبر xabar muqaddam/ المبتدأ على الخبر تقدّم taqaddumu l-xabari ‘ala: l-mubtadaɁ, yaitu xabar yang mendahului mubtadaɁ.
Contoh: وردةٌ البستانِ في   fi:   l-busta:ni     wardatun
                                            di    (itu)kebun     mawar
                   ‘di kebun itu, ada setangkai mawar/ ada setangkai mawar di kebun itu’
Pada kalimat di atas, mubtadaɁ وردةٌ  wardatun yang berbentuk indefinit diletakkan setelah xabar البستانِ في fi:   l-busta:ni.
Kiranya sekian saja apa yang bisa saya sampaikan. Jika terdapat kesalahan, mohon dima’afkan dan jangan sungkan untuk memerbaiki dan memberi masukkan.
شكرا
감사합니다
Assala:mu’alaikum…..!!    Annyeong……..!

Minggu, 03 April 2011

Nomina Bentuk Terikat dalam Bahasa Ibrani (bagian IVe)


Assala:mu’alaikum….!

Wuaah…! Sampai juga kita pada bagian akhir dari penjelajahan nomina bentuk terikat Bahasa Ibrani ini. Mungkin, perjalanan panjang dari seluruh bagian 4 ini cukup monoton dan membingungkan bagi yang tidak mengerti. Tapi…., ya, begitulah. Kalau begitu, langsung saja kita jelajahi bagian 4 yang terakhir ini….

공부하자….!!!

            4.3.4  Dari Nd dengan Satu Vokal Pendek
            Nb feminin dari pola-pola ini dibentuk dengan menambahkan sufiks feminin pada nd maskulin (dari subbab 4.2.4). Nb tersebut di antaranya adalah: qǎṭlāh (qǎṭl + āh); qǐṭlāh (qǐṭl + āh) atau menjadi qěṭlāh jika radikal pertama berupa konsonan gutural; qǒṭlāh (qǒṭl atau qǔṭl + āh). Adapun nb feminin  dengan konsonan ו /w/ (wāw) atau י /y/ (yôdh) adalah qôlāh dan qêlāh.
            Perubahan pada nt dilakukan hanya dengan mengganti sufiks feminin bentuk bebas dengan bentuk terikat. Pola nt dari pola nb qǎṭlāh mempunyai dua bentuk, yaitu qǎṭlǎth dan qǐṭlǎth. Oleh karena itu, sukar untuk membedakan dengan nt yang berasal dari nb pola qǐṭlāh.
(154) /šǐfxāh/ (nb)    שִׁפחָה      →        /šǐfxǎth                           sārǎy/              שִׁפְחַת  שָׂרַי  
        ‘budak perempuan’           budak perempuan(nt)       Sara
                                                     ‘hamba Sara’ (Gn 16.8)
(155) /xělqāh/ (nb)   חֶלְקָה    →   /xělqǎth             hǎssādhěh/                           חֶלְקַת  הַשָּׂדֶה  
         ‘bagian; nasib’           sebagian(nt)    (def.)-ladang
                                               ‘sebidang tanah’ (Gn 33.19)
(156) /ṭôvāh/ (nb)    טוֹבָה      →       /ṭôvǎth                mǎr?ěh/                          טוֹבַת  מַרְאֶה  
         ‘kebaikan’                      kebaikan(nt)     penglihatan; pandangan
                                                      ‘fair to look upon’ (Gn 26.7)
                                                      ‘elok parasnya’ (Gn 26.7)
(157) /sêvāh/ (nb)  שֵׂיבָה  →  /sêvǎth        ’ǎvdekhā                ?āvînû/     אָבִינוּ  עַבְדְּךָ שֵׂיבַת  
        ‘umur tua; uban’      uban(nt)    hamba-mu(m)     bapak-kami
                                   ‘the gray hairs of thy servent our father’ (Gn 44.31)
                                     ‘hambamu ayah kami yang ubanan itu’ (Gn 44.31)
            Kata חֶלְקָה /xělqāh/ pada contoh (155) berasal dari nd berpola qǐṭl dengan konsonan gutural pada radikal pertama. Oleh karena itu, nomina tersebut berpola qěṭlāh dengan ֶ /ě/ (eghôl) pada silabel pertama seperti yang telah dituliskan sebelumnya.

 (158) /be?ērōth/ (nb/nt.jmk)   בְּאֵרֹת    →    /be?ērōth         hǎmmǎyǐm/        בְּאֵרֹת  הַמַּיִם  
         ‘sumur’                                   sumur(nt.jmk)    (def.)-air
                                                      ‘the wells of water’ (Gn 26.18)
                                                          ‘sumur-sumur’ (Gn 26.18)
            Contoh (158) adalah bentuk jamak dari nb feminin tunggal בְּאֵר /be?ēr/.  Nomina tersebut sudah dijelaskan sebelumnya. Perubahan bentuk nb maupun nt jamak nomina tersebut dilakukan hanya dengan menambahkan sufiks jamak feminin ֹת /ōth/.

4.3.5 Nomina Feminin dengan Konsonan ה  /h/ atau ת /t/ pada Radikal Ketiga
Berikut ini adalah nomina-nomina feminin dengan konsonan ה  /h/ (Hē) atau ת /t/ (Tāw) pada radikal ketiga yang saya ambil secara random dari Genesis.
Contoh:
(159) /sāfāh/ (nb)     שָׂפָה         →        /sefǎth          hǎy?ōr/                             שְׂפַת  הַיְאֹר  
        ‘bibir; tepi’                         ‘tepi (nt)      (def.)-sungai Nil’ (Gn 41.3)
(160) /xǎyyāh/ (nb)    חַיָּה        →      /xǎyyǎth              hǎssādhěh/                     חַיַּת  הַשָּׂדֶה  
         ‘hewan; kehidupan’          binatang (nt)    (def.)-ladang
                                                  ‘binatang di darat’ (Gn 3.1)
(161) /çārāh/ (nb)          צָרָה        →      /çārǎth                nǎfšô/                         צָרַת  נַפְשׁוֹ  
        ‘kemalangan; masalah’          kemalangan     diri-nya(m)
                                                 ‘the anguish of his soul’ (Gn 42.21)
                                                     ‘sesak hatinya’ (Gn 42.21)
(162) /tēvāh/ (nb)    תֵּבָה      →       /tēvǎth         ’açê     ghōfěr/                  תֵּבַת  עֲצֵי־גֹפֶר   
        ‘bahtera’                            bahtera (nt)     kayu   gofir
                                              ‘bahtera dari kayu gofir’ (Gn 6.14)
(163) /xēměth/ (nb)    חֵמֶת        →          /xēmǎth              mǎyǐm/                      חֵמַת  םַיִם  
         ‘botol kulit’                           botol kulit (nt)       air
                                                      ‘sekirbat air’ (Gn 21.14)
            Perubahan bentuk nt dari nomina-nomina tersebut umumnya dilakukan hanya dengan mengganti akhiran ָהh/ atau ֶת /ěth/ dengan sufiks feminin bentuk terikat tunggal.
            Pada contoh (159), שָׂפָה /sāfāh/ mengalami pelemahan vokal ָ /ā/ pada silabel pertama שָׂ /sā/ menjadi šewa.

            4.3.6 Nt Feminin dengan Akhiran Berpola ֶ ֶ ת
            Nomina feminin dengan akhiran berpola ֶֶת  dan ֶת mempunyai bentuk nb dan nt yang sama. Akan tetapi, terdapat beberapa nomina feminin yang hanya berakhiran dengan pola ֶֶת pada bentuk nt yang sementara bentuk nb-nya bersufiks feminin bentuk bebas ָהh/. Berikut ini nomina yang saya temukan dalam Genesis.
(164) /?ǎdděrěth/ (nb/nt)   אַדֶּרֶת      →        /?ǎdděrěth     sē’ār/                        אַדֶּרֶת  שֵׂעָר  
         ‘jubah’                                       jubah(nt)     rambut
                                                          ‘jubah berbulu’ (Gn 25.25)
 (165) /mǎççēvāh/ (nb)   מַצֵּבָה   →     /mǎççěvěth          ?āvěn/                          מַצֶּבֶת  אָבֶן  
          ‘monumen; nisan’             monumen (nt)     batu
                                                  ‘tugu batu’ (Gn 35.14)
            Contoh (165) adalah nomina feminin dengan bentuk nb yang bersufiks feminin ָהh/. Namun, ia mempunyai bentuk nt dengan akhiran berpola ֶֶת sama seperti contoh (164).

Nah, sekianlah apa yang dapat saya sampaikan. Mohon ma’af kalau monoton dan ada salah-salah kata. Jangan sungkan untuk mengoreksi dan memberi masukan, ya!!
Assala:mu’alaikum…..!!!

다음 장을 읽으십시오