Minggu, 31 Oktober 2010

Ta’a:ruf dengan Al-‘arabiyya


Assala:mua’alaikum……..!

Hari ini, kita kedatangan tamu yang sebagian besar teman-teman pasti sudah kenal. Bagi yang belum kenal, mari saya kenalkan dengan tamu kita, namanya  العربيّة  Al-‘arabiyya. Nama panggilannya kalau di sini ialah bahasa Arab. Ia merupakan salah satu anggota keluarga bahasa Semit. Nama Semit itu sendiri diambil dari nama salah satu putra Nabi Nuh as., yaitu Syem. 

Bahasa Arab memiliki beberapa saudara, antara lain Ibrani (Hebrew), Aramika (Aramaic), Amhara (Amharic), Akkadia (Akkadian), dan Ethiopika (Ethiopic). Beberapa anggota keluarga bahasa Semit ini ada yang sudah meninggal dan ada yang masih hidup hingga sekarang. Beberapa anggota yang masih hidup di antaranya adalah bahasa Arab itu sendiri, bahasa Ibrani yang sekarang bekerja sebagai bahasa nasional Israel, dan bahasa Ethiopia yang tinggalnya di Ethiopia.

Bahasa Arab dan saudara-saudaranya memiliki karakteristik yang menonjol, yaitu setiap kata dalam bahasa-bahasa ini memiliki akar kata yang umumnya terdiri atas tiga konsonan yang disebut triliteral. Selain itu, terdapat akar kata yang terdiri atas empat konsonan yang disebut quadriliteral. Dengan akar kata yang terdiri atas konsonan ini, bahasa Arab dapat menciptakan berbagai kata-kata baru yang masih memiliki hubungan makna atau tidak memiliki hubungan makna sama sekali. Ia membuat kata-kata baru itu dengan cara derivasi, yaitu proses mengubah suatu kata menjadi kata baru yang berlainan kelas atau jenis dengan kata sebelumnya. Proses itu umumnya ia lakukan dengan menambahkan afiks atau perubahan vokal pada kata dasarnya. Jadi, dari tiga konsonan, bahasa arab dapat membuat kata yang berlainan kelas seperti verba, nomina, ajektiva, dan lain-lain.

Contoh: Dari tiga konsonan   ب ت ك /KTB, dapat diturunkan kata-kata seperti:
كَتب  KaTaB ‘menulis’,                     كاتِب  Ka:TiB ‘penulis’,                         كِتاب  KiTa:B ‘buku’,
 مَكتب  maKTaB ‘meja tulis; kantor’  مَكتُوب  maKTu:B ‘surat; yang ditulis'     كُتِب  KuTiB ‘ditulis’,
كاتب  Ka:TaB ‘surat-menyurat’,        مكتبة  maKTaBa ‘perpustakaan’,          dan lain-lain.

Selain derivasi, bahasa Arab dapat melakukan infleksi, yaitu perubahan bentuk kata untuk menetapkan hubungannya dengan kata-kata lain dalam sebuah kalimat. Infleksi ini lebih berperan dalam gramatika. Berbeda dengan derivasi, dalam proses infleksi tidak terjadi perubahan kelas kata. Jadi misalnya, sebuah nomina  yang  berinfleksi akan tetap sebagai nomina sekalipun bentuk katanya berubah. Nomina tersebut tidak berubah kelas katanya menjadi verba, ajektiva, atau yang lainnya.

Contoh: 
a) كِتاب  KiTa:B                          كِتابَن  KiTa:Ba:Ni                      كُتب  KuTuB
    ‘(sebuah) buku’(n. Sgl.)       ‘dua buah buku’(n.dual)              ‘buku-buku’(n.pl.)

b) يجلِسُ  yaJLiSu                        تجلِسين  taJLiSi:na                  تجلِسُون  taJLiSu:na
     ‘dia(lk) sedang duduk       ‘kamu(pr) sedang duduk’         ‘kalian(lk) sedang duduk’

Bahasa Arab juga memiliki ciri khusus pada beberapa konsonan yang dikenal sebagai konsonan emfatik (tebal)  dan konsonan gutural (tenggorokan). Beberapa konsonan emfatik bahasa Arab, antara lain a:d ص , a:d ض , a:? ط , dan a:? ظ . Konsonan-konsonan tersebut dilafalkan lebih tebal atau sedikit medok dibandingkan dengan konsonan sejenisnya, yaitu si:n س s, da:l د d, ta:? ت t, dan za:y ز z. Akan tetapi, kita tidak perlu melafalkannya dengan sangat medok sehingga bibir harus monyong sejauh-jauhnya. Selain itu, ada  konsonan qa:f ق q yang juga dilafalkan dengan medok lewat tekak sebagai artikulatornya. Karena pelafalan  konsonan-konsonan emfatik yang tebal itu, kita dapat mendengar bunyi hampir seperti  [o] saat berharakat fata meskipun bahasa Arab tidak memiliki vokal O.

Sementara itu, konsonan gutural yang paling khas dalam bahasa  Arab adalah ‘ain ع ’. Konsonan ini dilafalkan lewat tekanan yang dilakukan di tenggorokan sehingga menghambat aliran udara yang keluar. Beberapa orang Jawa kadang mengalami kesulitan dalam pelafalan konsonan ‘ain yang terletak di awal kata sehingga  mereka melafalkannya menjadi bunyi sengau [ŋ ], contohnya dalam kata  عالَمِين ‘a:lami:n diucapkan ŋa:lami:n.

Bahasa Arab membagi dirinya menjadi dua, yaitu bahasa Arab fuṣḥa: (الفصحى العربية ) dan bahasa Arab ‘a:miyya (العامية العربية ). Arab fuṣḥa: merupakan bahasa yang murni, baik, dan benar. Kalau diibaratkan dengan di sini, yaitu seperti bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD. Arab fuṣḥa: biasa digunakan sebagai bahasa resmi, bahasa yang digunakan di dunia akademis, bahasa dalam konferensi, dan bahasa dalam siaran berita TV, radio, surat kabar, maupun puisi klasik. Al-Qur’a:n Al-Kari:m juga termasuk dalam Arab fuṣḥa: klasik yang terbaik, tertinggi, terindah, dan tak tertandingi. Bahasa Arab fuṣḥa: khususnya bahasa Al-Qura:n ini tidak hanya menjadi pemersatu bangsa Arab tetapi juga umat muslim sedunia, sehingga bahasa Arab identik dan dikenal sebagai bahasa Islam.

Sementara itu, Arab ‘a:miyya merupakan bahasa yang biasa digunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakat Arab. Kita bisa membandingkan bahasa ini dengan slang atau bahasa gaul.  Bahasa Arab ‘a:miyya itu dapat berbeda-beda di antara masyarakat Arab yang satu dengan yang lainnya karena berhubungan dengan dialek daerah masing-masing. Jadi, ada banyak ragam bahasa Arab ‘a:miyya, seperti Mesir, Maroko, Irak, Sudan, Lebanon,  dan lain-lain. Bahkan dalam sebuah negara Arab pun, antara ‘a:miyyah kota yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda-beda, misalnya ‘a:miyya Mesir dialek Kairo dan ‘a:miyya Mesir bagian selatan.

Seorang dosen sastra Arab di FIB mengatakan bahwa Arab ‘a:miyya bukanlah bahasa untuk dipelajari melainkan untuk diterapkan. Jika ingin dapat berbicara dalam bahasa Arab ‘a:miyya, seseorang harus terjun, tinggal, dan bertinteraksi langsung dengan masyarakat penutur aslinya. Kalau Arab fuṣḥa: dapat digunakan di semua negara-negara Arab, maka Arab ‘a:miyya hanya digunakan dan dimengerti oleh masyarakat setempat.
Berikut ini contoh ‘a:miyya dari tamu kita:
Bagaimana? : kayfa (fuṣḥa:), izzay (Kairo),  ki:f (Palestina/Suriah), šlo:n (Semenanjung Arab)
Di sana: huna:k (fuṣḥa:), hina:k (Kairo), hna:k (Baghdad), ?ihni:k (Damaskus).

Saya sendiri hanya sedikit tahu mengenai  ‘a:miyya dari tamu kita ini. Dan, ma’af  tamu kita si bahasa Arab ini sudah mau pulang. Jadi, segitu aja kenalannya, ya. Kapan-kapan, ia mungkin akan mampir lagi.
Jika terdapat kesalahan kata,tulisan, dan isi, tolong dima’afkan, ya. Jangan sungkan untuk memerbaiki dan memberi masukan.

Ma’a  s-sala:ma……!!!

Selasa, 19 Oktober 2010

Nomina Bentuk Terikat dalam Bahasa Ibrani (BAGIAN IVa)


Assala:mu’alaikum….!
 ….!  Yaaa….!   Ketemu lagi….!
Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai nomina terikat pada frase nominal dalam bahasa Ibrani. Pada bagian 3a dan 3b sebelumnya, kita sudah mengenal vokal-vokal dalam bIB beserta karakteristiknya. Kita juga sudah ngebahas unsur penting lain yang perlu diketahui untuk mengupas nomina bentuk terikat bIB, yaitu tekanan (stress) dan silabel.
Nah, pada bagian 4 inilah kita akan nganalisis atau ngebedah masalah kita, yaitu nomina bentuk terikat dengan dengan alat bedah yang sudah kita siapkan di bagian 3 dan sebelumnya.
Kalo gitu, langsung aja, deh..!   공부하자….!!!

ANALISIS DESKRIPTIF MORFOFONOLOGIS NOMINA TERIKAT
DALAM BEBERAPA AYAT GENESIS BERBAHASA IBRANI

4.1 Pengantar
            Dalam bagian ini, kita akan membahas sistematika perubahan  nb ke dalam bentuk nt dari beberapa emîkhûth yang saya temukan dalam Genesis Perjanjian Lama dari Biblia Hebraica Stuttgartensia (1990). Tidak semua kata yang saya temukan akan dianalisis dalam tulisan ini. Saya mengambil data secara random untuk dianalisis dan meninggalkan sebagian kata lainnya yang memiliki kesamaan pola. Data yang saya analisis sebanyak 79 nomina. Dari data emîkhûth dalam Genesis yang telah ditemukan tersebut, sebagian kata saya cari dan cocokkan bentuk nb-nya dengan kamus The New Bantam Megiddo Hebrew and English Dictionary dan kamus The Signet Hebrew/English English/Hebrew Dictionary.
Nb adalah nomina yang berdiri sendiri yang berdasarkan jenisnya dibagi menjadi maskulin dan feminin, sedangkan berdasarkan jumlahnya dibagi menjadi tunggal, dual, dan jamak.
Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa perubahan nt dalam emîkhûth karena melemah atau pindahnya tekanan utama (primer) dari induk frase kepada nomina pewatas di depannya (yang mengikuti) yang mengakibatkan ikut melemah dan berubahnya vokal pada induk frase. Tekanan  induk frase tersebut dapat hilang atau menjadi tekanan sekunder.
Sebuah kata umumnya bertekanan ultima dalam bIB. Hal itu juga berlaku dalam tataran FN genitif (emîkhûth). Seperti yang dikatakan oleh Weingreen bahwa FN genitif yang terdiri atas nomina induk dan nomina pewatas diucapkan seolah sebagai satu kata. Oleh karena itu, tekanan utama nomina induk hilang atau pindah kepada nomina pewatas. Jadi, tekanan pada tataran FN sebanding dengan tekanan pada tataran sebuah kata, yaitu tekanan ultima.
Kata
emîkhûth (FN)
Kata


 



              L   K
               0    1
vār
    emîkhûth (FN)                                      emîkhûth (FN)
 L                     K
     L   K                                atau             L                  K
 0   2                               1                                           2                             1
    devǎr        ?εhîm                   devǎr        ?εhîm
Keterangan:  1    : tekanan primer (utama)         K  : Kuat
                     2    : tekanan sekunder                    L  : Lemah
                     0    : tak bertekanan
                  
Gambar 4: Tekanan dalam Tataran Kata dan FN (emîkhûth).
Sistematika perubahan dan pindahnya tekanan dari nb ke bentuk nt dari semua pola nomina melalui cara yang sama seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.
Perubahan dari nb ke nt inilah yang akan saya deskripsikan dengan mengklasifikasikan nb ke bentuk nt berdasarkan kategori nd, yaitu sebagai berikut.
  1. Nb yang berasal dari nd dengan vokal pendek pada kedua silabelnya.
  2. Nb yang berasal dari nd dengan vokal pendek pada silabel pertama dan panjang pada silabel kedua.
  3. Nb yang berasal dari nd dengan vokal panjang pada silabel pertama dan pendek pada silabel kedua.
  4. Nb yang berasal dari nd dengan satu vokal pendek.

4.2 Nt Maskulin
            Perubahan dari nb ke nt maskulin saya klasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan nd seperti yang dituliskan di atas. Perlu diketahui bahwa beberapa nb feminin tunggal dengan bentuk pola maskulin (yaitu tanpa sufiks feminin ָהh/) dan nomina feminin jamak dengan sufiks jamak maskulin ִים /îm/ mengalami perubahan ke bentuk nt mengikuti pola maskulin.

            4.2.1 Dari Nd dengan Vokal Pendek pada Kedua Silabelnya
            Bentuk nd ini dibagi menjadi beberapa pola, yaitu pola qǎṭǎl, qǎṭǐl, qǎṭǔl, dan qǐṭǎl. Sistematika perubahan vokal dalam bentuk nt tunggal pada semua pola ini melalui cara yang sama, yaitu vokal pada silabel kedua dari nb yang kehilangan tekanan utama kembali ke vokal pendek dari bentuk dasarnya. Adapun vokal dari silabel pertama melemah menjadi ְ /e/ šewa atau šewa majemuk jika silabel tersebut berkonsonan gutural.

                        4.2.1.1 Dari Nd Pola qǎṭǎl
            Bentuk nb dari nd pola qǎṭǎl ini adalah qāṭāl dengan tekanan ultima. Perubahan nb ke bentuk nt tunggal dalam FN terjadi dengan bergeser atau pindahnya tekanan utama kata tersebut kepada kata di depannya (yang mengikuti). Dengan pindahnya tekanan utama ini, vokal panjang ָ /ā/ (qāmēç) pada silabel terakhir yang kehilangan tekanan kembali kepada vokal pendek silabel terakhir dari bentuk dasarnya, yaitu vokal ַ /ǎ/ (páthǎx). Adapun vokal pada silabel pertama yang jauh dari tekanan utama melemah menjadi ְ /e/ šewa atau šewa majemuk (umumnya ֲ /a/ xāṭēf-páthǎx) jika silabel tersebut berkonsonan gutural.
                                                          1                          2
                                קַטַל (nd)    >      קָטָל (nb)     →      קְטַל (nt)
                                                                               1                                  2
qǎṭǎl (nd)    >    qāṭāl (nb)    →    qeṭǎl      (nt)

                                                                                            emîkhûth (FN)
                                                                                              L             K
                            1                                                                                   2                  1
Contoh: (87) /nāhār/ (nb)  נָהָר  →  /nehǎr/ (nt)  dalam   /nehǎr       perāth/         נְהַר פְּרָת  
                     ‘sungai’                                                    ‘sungai      Eufrat’ (Gn 15.18)
 (88) /bāsār/ (nb. f)          ‘daging’         בָּשָׂר        →           /besǎr/ בְּשַׂר (nt)           dalam
              /besǎr             ’ǒrlǎthkhěm/                                                                בְּשַׂר עָרְלַתְכֶם
         daging (nt. f)        kulit depan (f)-kalian (jmk.m)
                   ‘kulit khatan kalian’ (Gn 17.11)
(89) /’āfār/ (nb)          ‘abu, debu’            עָפָר          →        /’afǎr/ (nt)     עֲפַר        dalam
       /’afǎr           hā?ārěç/                                                                                   עֲפַר הָאָרֶץ  
       debu(nt)    (def.)-tanah
       ‘debu tanah’ (Gn 13.16)
(90) /zāhāv/ (nb)      ‘emas’         זָהָב             →           /zehǎv/ (nt)           זְהַב        dalam
        /û    zahǎv             hā?ārěç/                                                                      וּ זֲהַב  הָאָרֶץ  
      dan  emas(nt)      (def.)-negeri; bumi
      ‘dan emas dari negeri itu’ (Gn 2.12)
(91) /sādhěh/ (nb) ‘ladang’    שָׂדֶה       →   /sedhēh    ’ěfrôn/                               שְׂדֵה עֶפְרוֹן  
                                                                ‘ladang     Efron’ (Gn 23.17)
(92) /’ālěh/ (nb)   ‘daun’     עָלֶה      →  /’ah   zǎyǐth/                                            עֲלֵה־זַיִת
                                                           ‘daun   zaitun’ (Gn 8.11)
            Contoh (88), kata בָּשָׂר /bāsār/ merupakan sebuah nomina feminin tunggal dengan pola nb maskulin. Oleh karena itu, perubahan dalam bentuk nt mengikut pola dari bentuk maskulin. Contoh (89) adalah nomina yang berkonsonan gutural ע /’/ pada silabel pertama sehingga konsonan gutural tersebut menggunakan šewa majemuk ֲ /a/ xātēf-páthǎx ketimbang šewa biasa ְ /e/. Adapun pada contoh (90), vokal dari silabel pertama זָ /zā/ tidak melemah menjadi šewa biasa ְ /e/ melainkan menjadi זֲ /za/ yang menggunakan šewa majemuk ֲ /a/ karena konsonan pertama kata tersebut merupakan konsonan sibilan (desis) yang didahului oleh וּ /û/. Huruf וּ /û/ tersebut merupakan perubahan dari partikel וְ /we/ ‘dan’ (lihat 3.3.4).
            Kata שָׂדֶה /sādhěh/ pada contoh (91) merupakan nb yang berakhiran ֶהh/ dan berasal dari nd qǎṭǎl. Kata tersebut merupakan nb dengan konsonan ה /h/ atau konsonan lemah pada radikal ketiga (ל״ה). Kata שָׂדֶה /sādhěh/ sebenarnya berasal dari kata שָׂדַי /sādhǎy/ (nb). Vokal  ַ /ǎ/ (páthǎx) pada silabel kedua yang berasal dari bentuk dasar tetap dipertahankan pada bentuk nb. Kemudian, vokal tersebut berkontraksi dengan י /y/ menjadi vokal pendek ֶ /ě/ (eghôl) pada bentuk nb dan vokal panjang ֵ /ē/ (çērê) pada bentuk nt (lihat 3.8 dan 2.4 no: 7). Karena konsonan י /y/ tersebut melesap akibat kontraksi, maka sebagai ganti radikal ketiga yang lesap ditambahkanlah konsonan ה /h/. Pada bentuk nt, vokal silabel pertama mengalami perubahan menjadi ְ /e/ šewa sama seperti bentuk yang lain. Sementara itu, contoh (92) merupakan bentuk yang sama seperti contoh (91). Karena konsonan pada radikal pertama contoh (92) adalah konsonan gutural, maka vokal silabel pertama עָ /’ā/ berubah menjadi šewa majemuk ֲ /a/ xāṭēf-páthǎx ketimbang šewa biasa ְ /e/.
            Bentuk nb jamak dari qāṭāl adalah qeṭālîm. Pada nt jamak, tekanan utama pindah dua silabel ke depan atau pada kata di depannya (yang mengikuti). Perubahan dilakukan dengan mengembalikan  pola akar kata dari nd yang ditambah sufiks jamak bentuk bebas. Kemudian, vokal pendek  ַ /ǎ/ (páthǎx) dari bentuk dasar dasar pada silabel pertama yang semakin jauh dari tekanan utama melemah menjadi vokal pendek ִ /ǐ/ (xîrěq) (lihat tabel 4) atau ַ /ǎ/ (páthǎx) pada sebagian konsonan gutural. Adapun vokal pendek ַ /ǎ/ (páthǎx) dari bentuk dasar pada silabel kedua melemah menjadi ְ /e/ šewa atau šewa majemuk pada gutural. Kemudian, sufiks jamak bentuk bebas ִַים /îm/ diganti dengan sufiks jamak bentuk terikat ֵי /ê/.
                                       1                                                                                                    2
      קַטַל (nd)   >   קְטָלִים (nb.jmk)   →    קַטַלִים*    →  קִטְלִים*  →      קִטְלֵי    (nt.jmk)
                                                            1                                                                                           2
qǎṭǎl (nd)  >  qeṭālîm (nb.jmk)  →  qǎṭǎlîm*  →  qǐṭlîm*  →  qǐṭlê      (nt.jmk)
Contoh:
                1                                                1                    2                     2
(93) /devārîm/ (nb.jmk) ‘kata, perkataan’  דְּבָרִים  →  /dǐvrê/    (nt.jmk)     דִּברֵי     dalam
                     emîkhûth
             L                        K
             2                        1                     
       /dǐvrê                   rǐvqāh/                                                                           דִּבְרֵי רִבְקָה  
    perkataan(nt.jmk)  Ribka
      ‘perkataan Ribka’ (Gn 24.30)
(94) /be’ālîm/ (nb.jmk) בְּעָלִים → /bǎ’alê                vērîth          ?ǎvrām/   בַּעֲלֵי בֵרִית  אַבְרָם  
       ‘pemilik; suami (jmk)’    pemilik (nt.jmk)   perjanjian    Abram
                                                 ‘teman-teman sekutu Abram’ (Gn 14.13)
(95) /gemǎllîm/ (nb.jmk)  גְּמַלִּים   →   /gemǎllê            ?adhōnāw/                   גְּמַלֵּי  אֲדֹנָיו  
      ‘unta (nb.jmk)’                          unta (nt.jmk)     tuan (jmk)-nya (m)
                                                               ‘unta tuannya’ (Gn 24.10)
            Pada contoh (94), kata בְּעָלִים /be’ālîm/ adalah nb jamak dari nb tunggal בָּעָל /bā’āl/. Vokal dari silabel pertama nt jamak tidak menjadi ִ /ǐ/ (xîrěq) melainkan menjadi vokal pendek  ַ /ǎ/ (páthǎx) karena pengaruh dari konsonan gutural ע /’/ yang bersemivokal šewa majemuk ֲ /a/ xāṭēf-páthǎx pada radikal kedua (lihat 3.3 karakteristik gutural).
Nb tunggal dari contoh (95) adalah גָּמָל /gāmāl/. Nb jamak tersebut merupakan bentuk di luar dari pola perubahan. Bentuk nb jamak mengalami geminasi pada radikal ketiga (ל /l/). Hal itu dimaksudkan untuk mempertahankan vokal pendek ַ /ǎ/ (páthǎx). Geminasi tersebut membentuk stm (mǎl-l) yang selalu bervokal pendek (Gesenius. 1910: 271). Perubahan bentuk nt dari nb jamak yang berbeda ini hanya dengan mengganti sufiks jamak bentuk bebas dengan sufiks jamak bentuk terikat.
           
                        4.2.1.2 Dari Nd Pola qǎṭǐl
            Bentuk nb dari pola dasar qǎṭǐl adalah qāṭēl. Sistematika perubahan nb ke bentuk nt tunggal memiliki cara yang sama dengan pola sebelumnya. Vokal pada silabel pertama melemah menjadi šewa atau šewa majemuk jika terdapat konsonan gutural. Sementara itu, vokal panjang ֵ /ē/ (çērê) pada silabel kedua tidak kembali ke vokal dari bentuk dasar (ǐ) melainkan melemah menjadi vokal pendek ǎ (lihat karakteristik vokal dan tabel 4).
                                                                 1                       2
                                            קַטִל(nd)   >   קָטֵל   (nb) →     קְטַל    (nt)
                                                              1                  2
                                      qǎṭǐl (nd) > qāṭēl (nb) → qeṭǎl     (nt)
 (96) /zāqēn/ (nb)  זָקֵן     /zeqǎn/ (nt) dalam      /zeqǎn           bêthô/                  זְקַן בֵּיתוֹ  
       ‘orang tua; kakek’                                 orang tua(nt)    rumah-nya(m)’
                                           ‘hambanya yang paling tua dalam rumahnya’ (Gn 24.2)
(97) /’āqēv/ (nb) עָקֵב   →   /’aqēv/ (nt)      dalam      /’aqēv         ’ēsāw/              עֲקֵב עֵשָׂו  
       ‘telapak kaki, tumit’                                       ‘tumit          Esau’ (Gn 25.26)
            Karena konsonan pertama pada contoh (97) merupakan konsonan guttural, maka vokal pada konsonan tersebut berupa šewa majemuk ֲ /a/. Adapun vokal pada silabel kedua tetap seperti vokal pada bentuk bebas.
            Pola nb jamak dari qāṭēl adalah qeṭēlîm. Perubahan dari nb jamak ke nt jamak melalui cara yang sama dengan pola qǎṭǎl. Bentuk nb jamak kita kembalikan ke pola nd terlebih dahulu. Lalu, vokal pendek dari bentuk dasar silabel pertama yang semakin jauh dari tekanan melemah menjadi vokal pendek ִ /ǐ/ (xîrěq) atau ַ /ǎ/ (páthǎx) pada konsonan gutural. Kemudian, vokal pada silabel kedua melemah menjadi šewa atau šewa majemuk. Lalu, sufiks jamak bentuk bebas diganti dengan sufiks jamak bentuk terikat.
                         1                                                                        2
 קַטִל  (nd)  >    קְטֵלִים  (nb.jmk)  →  קַטִלִים*   →   קִטְלִים*  →      קִטְלֵי (nt.jmk)
                               1                                                                                      2
qǎṭǐl (nd)  >  qeṭēlîm (nb.jmk) qǎṭǐlîm*  →  qǐṭlîm*  →  qǐṭlê      (nt.jmk)
Contoh:
 (98) /zeqēnîm/ (nb.jmk) ‘orang tua’  זְקֵנִים                  /zǐqnê/ (nt.jmk) זִקְנֵי   dalam
       /zǐqnê                         vêthô/                                                                         זִקְנֵי בֵיתוֹ  
      orang tua (nt.jmk)   rumah-nya (m)
      ‘para tua-tua dari istananya’ (Gn 50.7)
(99) /’aqēvîm/ (nb.jmk)    עֲקֵבִים             /’ǐqvê                 ṣûṣ/                         עִקְבֵי־סוּס
       ‘telapak kaki, tumit’ (jmk)                tumit (nt.jmk)     kuda
                                                                ‘tumit kuda’ (Gn 49.17)

Wuaaaahhhh….. cape juga. Kiranya kita cukupkan sampai di sini dulu, ya. Kita lanjutkan di bagian 4 selanjutnya saja.
Jika terjadi kesalahan atau kekurangan, tolong dima’afkan. Jangan ragu untuk memperbaiki atau memberi masukan.
So…. Sampai jumpa pada bagian selanjutnya…….!

Assala:mu’alaikum…..!!!


BERSAMBUNG…….
다음 장을 읽으십시오